Minggu, 31 Mei 2009

BAYANAT TTG PILPRES

BAYANAT
NOMOR : 01/B/K/DPP-PKS/VI/1430
TENTANG
PILPRES 2009

1. Sidang Majelis Syuro PKS ke XI pada tanggal 25-26 April 2009 memutuskan :

a. Untuk berkoalisi dengan SBY dan Partai Demokrat dalam Pilpres 2009, APABILA kontrak politik dapat disepakati bersama
b. PKS Memperjuangkan Cawapres dari Internal dalam amplop tertutup, namun cawapres bukanlah merupakan syarat koalisi.
c. Jika syarat minimal koalisi (termasuk kerjasama berbasis platform dalam kabinet dan parlemen) tidak dipenuhi secara proporsional maka DPTP berhak mengambil kebijakan sesuai dengan kemaslahatan dakwah,umat, bangsa, dan Negara.

2. Kesalahpahaman sebelumnya terjadi karena tersumbatnya komunikasi dengan SBY paska pemberitahuan bahwa SBY memilih Boediono sebagai Cawapres. Sementara kita mengusulkan adanya keterwakilan umat.

3. Hasil pertemuan PKS dengan SBY pada tanggal 15 Mei 2009 di Bandung telah diklarifikasinya isu-isu seputar Boediono dan disepakatinya kontrak politik dengan SBY dan Partai Demokrat. Kontrak Politik berlandaskan platform terlampir.

4. Terkait pribadi Prof. Boediono, beliau adalah seorang muslim dan tidak berpandangan Neolib, bahkan Undang-Undang Perbankan Syari’ah dan Undang-undang Sukuk (Obligasi Syari’ah) digulirkan semasa ybs menjabat Menko Ekuin.

5. Atas dasar keputusan Majelis Syuro PKS ke XI, dan tercapainya kesepakatan dengan SBY dan PD, maka diwajibkan kepada seluruh kader memperjuangkan kemenangan pasangan SBY-Boediono untuk kemaslahatan dakwah,ummat, bangsa, dan Negara.


Jakarta, 1 Jumadil Akhir 1430 H
25 Mei 2009 M

PRESIDEN

IR. TIFATUL SEMBIRING

Selasa, 19 Mei 2009

Rakor BPK

selama 2 hari, sabtu-ahad, 16-17 mei 2009, bertempat di DPW BPK DPW dengan BPK DPD se Jawa Barat melakukan Rapat Koordinasi Bidang Pembinaan Kader.
sudah merupaka siklus 5 tahunan bagi kita (PKS), setelah pemilu (ekspansi) kita kembali pada tarbiyah (edukasi), bukan berarti saat pemilu kemarin kita tidak melakukan aktivitas tarbiyah, tapi dipungkiri atau tidak kesibukan dalam aktivitas politik kemarin telah melupakan tarbiyah.

jujur saja, banyak di antara kita yang meninggalkan atau membatalkan liqo karena rapat kordapil atau ada temu tokoh atau ada pertemuan dengan konstituen. kalaupun liqo berjalan, itupun tidak lebih dari 2 jam, jangan tanya baromij liqo-nya, berjalan atau tidak.

apakah perolehan suara pada pemilu sekarang juga karena faktor ini, tidak mustahil! mungkin ini peringatan dari Allah, supaya kita tidak lebih jauh meninggalkan tarbiyah.

baik, kembali ke info acara. acara dibuka dengan taujih oleh ketua DPW Jabar Ust. Taufiq ridho, beliau memaparkan kronologis alotnya koalisi dengan sby kemarin, banyak hal yang mentebabkan kita hampir keluar dari koalisi. selain itu, beliau juga menyampaikan salam dan ucapan terima kasih dari ust. Hilmi Aminuddin kepada seluruh kader yang telah mengerahkan seluruh potensinya dalam perolehan suara pada pemilu kemarin.

acara berikutnya, taujih dari BPK DPP disampaikan oleh ust. Ahmad Zaenuddin, yang mengingatkan kepada kita pentingnya ri'ayah tarbawiyah pasca pemilu. setelah itu acara inti, pembahasan problem-problem tarbiyah di tiap dpd, mulai dari pertumbuhan kader yang stagnan, optimalisasi wajihah ammah yang belum ideal, wasail tarbawiyah yang belum dilaksanakan sepenuhnya, dll.

hari ahad-nya, rekomendasi-rekomendasi dari problem-problem yang dibahas di atas. acara diselingi pembacaan matsurat kubro bersama dan futsal.

mudah-mudahan acara ini sebagai bukti komitmen kita dalam menegakkan dakwah ini.

AGAR DOMBA TAK DITERKAM SERIGALA


Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia, seperti serigala bagi kambing,
ia akan menerkam kambing yang keluar dan menyendiri dari kawanannya. Karena itu,
jauhilah perpecahan, dan hendaklah kamu bersama jama'ah dan umat umumnya

(HR. Ahmad & Tirmidzi)

Hadits di atas merupakan perumpamaan yang pas tentang pentingnya hidup berjama'ah. Bila tak ingin diterkam setan, seorang muslim harus menjauhi kebiasaan menyendiri. Sendiri dalam bekerja, sendiri dalam beramal dan sendiri dalam mengarungi samudra kehidupan. Sebaliknya, ia harus berusaha mencari kawan seiman, seaqidah, seperjuangan, yang akan saling menjaga dan mengingatkan.

Jama'ah yang dimaksud di atas, seperti diterangkan Imam Syathibi, adalah umat Islam (Jama'atul Muslimin) yang menyepakati seoranh khalifah melalui perangkat syuro. Pendapat ini juga didukung oleh Imam Ibnul Hajar al-Asqolani. Sehingga, Jama'atul Muslimin memiliki tiga komponen: khalifah, syuro dan umat Islam.

Khalifah merupakan pemimpin tertinggi, syuro sebagai mekanisme pengangkatan khalifah tersebut (wakil-wakil yang ikut syuro sering disebut dengan ahlul halli wal'aqdi), dan umat Islam sebagai basis demografinya. Itulah Jama'atul Muslimin, sistem dan tatanan yang menata kehidupan umat dan kemakmuran bumi di bawah supremasi Islam yang penuh rahmat.

Melihat pengertian Jama'atul Muslimin seperti itu, maka mayoritas ulama sepakat bahwa jama'ah seperti itu kini tak ada lagi. Bahkan sejak 3 Maret 1924. Hari itu, Majelis Besar Nasional Turki di bawah pimpinan Musthafa Kemal Pasha Ataturk, mengumumkan secara resmi dilenyapkannya rantai emas sejarah umat Islam: kekhalifahan.

Tidak adanya jama'ah yang dimaksud di atas, menjadikan setiap muslim wajib berusaha mewujudkannya. Usaha itu bukannya belum dimulai. Sejak runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah itu, muncul, misalnya, gagasan pan-islamisme ari Sayyid Jamaluddin al-Afghani, atau etos tauhid-nya Dr. Muhammad Iqbal. Selain itu, ada juga nama-nama seperti Muhamma Rasyid Ridho dan Muhammad Abduh, yang turut menyemarakkan upaya merintis kembali kejayaan yang hilang itu. Sedangkan secara kolektif, konferensi-konferensi Islam internasional juga banyak bermunculan. Salah satunya Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Usaha secara kolektif itu kian hari kian beragam. Makin lama makin banyak wajah-wajah kolektif umat Islam dalam memperjuangkan kembalinya Jama'atul Muslimin, menyebar ke penjuru dunia termasuk di Indonesia.

Tetapi semua kolektifitas yang ada itu belum bisa diklaim sebagai Jama'atul Muslimin, karena belum sesuai dengan ciri dan kriteria yang diterangkan di muka. Berangkat dari kenyataan itu, wacana tentang jama'ah yang riil saat ini sebenarnya berurat dan berakar dari konsep amal jama'i, sebuah konsepsi tentang pentingnya bekerja sama untuk menegakkan Islam, mengembalikan khilafah islamiyah dan mewujudkan kembali adanya Jama'atul Muslimin. Dengan kata lain, bila amal jama'i adalah perilakunya, maka wadah dan organisasi yang digunakan untuk beramal jama'i –baik ada namanya atau tidak- itu secara bahasa bisa disebut jama'ah.

Dan, berlandaskan pada optimisme dan rasa ingin dekat (isti'nas) kepada Jama'atul Muslimin itu, usaha-usaha kolektif itu juga sering dinamai jama'ah atau Jama'atul Minal Muslimin (komunitas dari kaum muslimin). Sementara itu Dr. Shalah Asshawi, menamakan komunitas-komunitas tadi dengan tajammu'at al-islamiyah (perkumpulan-perkumpulan Islam), tak masalah, ini hanya soal nama.

Kenapa Mesti Berjama'ah?

Setiap muslim semestinya hidup berjama'ah. Karena Islam yang harus ditegakkannya bersifat menyeluruh (syamil), sempurna (kamil), saling menyempurnakan (mutakamil). Sementara umat Islam -sebagai manusia- memiliki kapasitas dan kemampuan yang sektoral dan sangat terbatas. Maka, untuk mengupayakan agar Islam yang sempurna tetap bisa teraplikasikan secara sempurna, tak dipungkiri lagi bahwa manusia perlu saling menambal keterbatasannya itu. Alasan ini bisa disebut sangat personal. Artinya, umat Islam itu merupakan “person-person” penuh kekurangan yang membutuhkan jama'ah.

Selain alasan personal, Islam sendiri sebagai ideologi dan peraturan hidup sangat membutuhkan wadah aktualisasi. Dr. Salim Segaf Al-Jufri, pernah menyatakan, “Tidak pernah ada peradaban yang berkembang tanpa dukungan struktural yang kokoh. Setiap peradaban hampir selalu melalui tiga fase besar untuk berkembang. Pertama, fase perumusan ideologi dan pemikiran. Kedua, fase strukturalisasi dan ketiga, fase perluasan (ekspansi). Ideologi-ideologi besar semuanya mengalami tiga fase tersebut. Lihatlah komunisme, kapitalisme barat dan juga zionisme.”

lalu, jama'atul minal muslimin atau tajammu'at al-islamiyah yang bagaimana yang sebaiknya kita pilih. Pertama, mempunyai visi dan misi yang jelas, utuh dan tidak parsial. Jama'ah yang tujuan akhirnya hanya mencari ridho Allah. Sementara tujuan jangka panjangnya mengembalikan supremasi Islam dalam segala bidang. Dari khilafah hingga ibadah, dari undang-undang hingga tatanan sosial. Karena Islam adalah aqidah dan ibadah, pedang dan negara, akal dan jasad, organisasi dan masyarakat, jihad dan perdamian, dunia dan akhirat.

Kedua, jama'ah yang manhaj dan aplikasinya mengacu kepada sirah Rasul dan para sahabatnya. Sehingga bisa diukur, apakah sebuah jama'ah mampu konsisten dengan manhaj dan cara yang halal dan sah, ataukah membenarkan pelanggaran-pelanggaran demi tercapainya tujuan.

Ketiga, jama'ah yang mampu menyiasati segala perubahan jaman. Dapat memanfaatkan apa yang muncul dari teknologi ataupun peradaban baru, untuk kemaslahatan Islam, tanpa harus merusak keaslian Islam itu sendiri. Point ke-3 ini tak jarang sering menjebak jama'ah-jama'ah yang ada kepada sikap ekstrimisme (ghuluw). Ada yang menolak mentah-mentah, ada juga yang sangat longgar menelan apa adanya.

Lantas, bila di sebuah negeri muslim ada satupun jama'ah yang dimaksud, apa yang harus dilakukan setiap muslim? Tugas mereka adalah bekerja keras mengupayakan berdirinya jama'atun minal muslimin itu. Namun bagaimana kalau ada lebih dari satu? Seperti dijelaskan oleh Syaikh Jabir Husain, harus dilihat mana di antara jama'ah atau tajammu'at tersebut yang lebih sedikit kekurangannya. Kekurangan yang dimaksud harus bukan soal prinsip agama (ushuluddin), seperti soal aqidah. Bila sebuah jama'ah memiliki aqidah dan pokok-pokok agama yang menyimpang, tidak dibenarkan bagi seorang muslim mengikutinya. Namun, bila kekurangan itu dalam urusan cabang-cabang agama, apalagi dalam hal-hal yang sifatnya ijtihad manusia, tak bisa dijadikan alasan bagi seorang muslim untuk tidak bergabung bersamanya. Justru ia harus masuk dan berusaha memperbaiki kekurangan yang ada. Kesimpulannya, di negeri yang telah ada berbagai jama'ah yang ada, seorang muslim harus bergabung dengan jama'ah yang paling dekat kepada Islam.

Akhirnya, bila setiap muslim mau mengamalkan kembali ajaran-ajaran di atas, tak berlebihan bila harapan umat ini kepada kembalinya kejayaan Islam kian terang. Bukankah perintah hidup berjama'ah sama nilainya dengan perintah-perintah penting lainnya dalam Islam? Bukankah justru dengan hidup berjama'ah, problema-problema besar umat ini lebih mungkin dicari solusinya?

Kalaupun tak dapat mengejar tujuan-tujuan besar seperti itu, dengan hidup berjama'ah, setidaknya kita harus mati diterkam 'serigala' dalam kesendirian.
Wallahu a'lam bishowab

sumber: tarbawi edisi 5 th.I

Jumat, 15 Mei 2009

Penetapan Caleg Terpilih

Hari Jum'at tanggal 15 Mei 2009, mulai pukul 08.00 s.d. 11.15 bertempat di Gedung Juang Tasikmalaya, KPU Kota Tasikmalaya menyelenggarakan Rapat Pleno Penentuan Perolehan Kursi dan Penetapan Caleg Terpilih.

Alhamdulillah, acara berjalan lancar, walau pengamanan cukup ketat, tidak seperti ketika Pleno Rekapitulasi Perolehan Suara yang diwarnai demonstrasi dari berbagai elemen masyarakat.

Tidak ada keberatan sedikitpun dari parpol mengenai perolehan kursi dan penetapan caleg terpilih. Sebagaimana sudah diinformasikan di artikel sebelumnya, PKS Kota Tasikmalaya mendapatkan 4 kursi, masing-masing DP mendapat 1 kursi.

Hadir dari PKS dalam rapat pleno tersebut Ketua DPD ust. Heri Ahmadi, Pak Dede Kurnia (mewakili sekretaris) dan Urip Widodo sebagai saksi.

Sesuatu yang Pasti

Ikhwah fillah, pekan ini Kita diingatkan dengan 3 peristiwa 'sesuatu yang pasti' yang sebenarnya Kita pun bisa mengalaminya setiap saat, tanpa Kita sadari, tanpa Kita bisa menolak, tanpa Kita bisa menundanya walau hanya sedetik. Ya.. sesuatu yang pasti itu adalah kematian.

Pertama, Kita ditinggalkan oleh sesepuh Kita, sosok figur yang banyak picontoheun, H. Husen. Beliau contoh kader yang istiqomah bertahun-tahun dengan dakwah, sosok yang tidak berpikir 2 atau 3 kali ketika dakwah ini membutuhkan pertolongannya, terutama dari sisi dana, pigur orang tua yang tidak canggung bergaul dan bergabung dengan anak-anak muda. Mudah-mudahan Allah SWT menerima segala amal sholehnya dan menempatkannya di tempat yang mulia.

Kedua, salah seorang kader Kita telah ditinggalkan orang tuanya untuk selama-lamanya, yakni akh muslim (mangkubumi) yang ditinggalkan ayah tercintanya di Palembang. Mudah-mudahan beliau dan keluarganya diberi kesabaran.

Ketiga, akh Engkus, kader mangkubumi, juga ditinggalkan oleh anak kesayangannya yang masih berusia 5 tahun, padahal sehari sebelumnya anak manis itu masih bermain-main, masih ceria, tidak menampakkan tanda-tanda akan meninggalkan abi dan uminya. Mudah-mudahan anak ini yang akan menyelamatkan orang tuanya di yaumil akhir nanti.

Ikhwah fillah...
ada satu berita kematian lagi yang menimpa kader dakwah ini, walau terjadi di Tangerang, tapi kisahnya perlu menjadi renungan bagi Kita semua. Berita ini dikirim via email ke BPK Kota Tasik. Berikut berita lengkapnya,

Assalamu'alaikum Wr, Wb.
Ikhwah Fillah,
Telah berpulang ke rahmatulloh ikhwah kita al-akh alfadhil Sumarno anggota madya wilda 1), kemarin jumat 8 Mei 2009 jam sekitar pk.06 di musholla At-taqwa (meninggal setelah sholat subuh berjamaah, beliau melanjutkan dengan tilawah quran, setelah itu beliau jatuh dgn posisi sujud mendekap al'quran) Dengan alamat di Perum PWS Blok AK. F 12 Komp. Pemda Tigaraksa.

Beliau adalah kaderisasi DPC Tigaraksa dan bekerja sebagai karyawan di PT. YKK. dan semasa hidup beliau kemarin ketika Pemilu sangat aktif dan terakhir terlibat di pengamanan suara di KPUD Tigaraksa ketika Pleno (sbg kepanduan krn beliau jg aktif). Meninggalkan seorang istri dan 3 orang anak (yang besar kelas 2 SD dan yg kecil 1 th)

Mohon doa ikhwah sekalian agar arwah almarhum diterima olah Allah SWT, diampuni dosa-dosanya, diberikan tempat yang layak di sisiNya dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.

Jazakallah khairan jaza atas perhatian dan doanya.
Wassalam Wr, Wb.

Ihkwah fillah...
Kematian adalah sesuatu yang pasti, yang tidak perlu kita permasalahkan, sebenarnya yang perlu dipikirkan oleh Kita, adalah apakah Kita saat ini telah siap kalau kematian itu menghampiri Kita sekarang?

Berita ini mudah-mudahan menjadi bahan renungan Kita.

Rabu, 13 Mei 2009

KPU Ubah Perolehan Kursi tiap Parpol


KPU mengubah perolehan kursi tiap parpol. Suara Hanura naik paling banyak, sedangkan suara Gerindra turun paling drastis.
ADVERTISEMENT

Pengumuman perubahan perolehan kursi tersebut dilakukan KPU di hadapan saksi para parpol di Kantor KPU, Jl Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Kamis (14/5/2009) dini hari.

Dari perubahan tersebut, tercatat Partai Hanura, Partai Demokrat, PDIP, PAN, dan PKB mengalami kenaikan jumlah kursi. Sedangkan PKS, PPP, Golkar, dan Gerindra mengalami penurunan.

Berikut perolehan kursi tiap parpol berdasarkan hasil validasi KPU:

1 Partai Demokrat 150 (sebelumnya 148)
2 Partai Golkar 107 (sebelumnya 108)
3 PDIP 95 (sebelumnya 93)
4 PKS 57 (sebelumnya 59)
5 PAN 43 (sebelumnya 42)
6 PPP 37 (sebelumnya 39)
7 PKB 27 (sebelumnya 26)
8 Gerindra 26 (sebelumnya 30)
9 Hanura 18 (sebelumnya 15)

Menurut anggota KPU I Gusti Putu Artha, kesalahan angka tersebut disebabkan human error ketika menampilkan data saat pengumuman 9 Mei lalu. Dalam waktu dekat, tak lebih dari 3 hari, KPU akan menetapkan perolehan kursi tersebut sehingga memiliki kekuatan hukum tetap.

sumber: detik.com, kamis 14 Mei 2009

Jumat, 08 Mei 2009

Perolehan Suara PKS Kota Tasikmalaya

Pada pemilu 9 April kemarin, perolehan suara PKS Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

DPRD Kota
Dapil 1 : 7.094 suara (10,45%), menempati urutan ke-4
Dapil 2 : 7.044 suara (8,41%), menempati urutab ke-6
Dapil 3 : 7.089 suara (8,23%), menempati urutan ke-6
Dapil 4 : 6.330 suara (7,28%), menempati urutan ke-6

Total : 27.557 suara (8,49%), menempati urutan ke-6

DPRD Provinsi
Total : 34.006 suara (11,11%), menempati urutan ke-4

DPR RI
Total : 31.752 suara (10,29%), menempati urutan ke-5

Dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilu tahun 2004, untuk DPRD Kota dan DPR RI mengalami penurunan, tetapi untuk DPRD Provinsi Alhamdulillah bertambah.

Pengurus PKS Kota Tasikmalaya

Berikut adalah nama-nama pengurus PKS Kota Tasikmalaya :

MPD (Majlis Pertimbangan Daerah)
• Ketua : Dede Muhammad Muharam
• Sekretaris : Sutrisno, SPd.

DSD (Dewan Syari’ah Daerah)
• Ketua : Syarif Hidayatullah, SAg.
• Sekretaris : Dede Kurnia, AMd.

DPD (Dewan Pengurus Daerah)
• Ketua : Heri Ahmadi, BA.
• Sekretaris : Wahyudin
• Bendahara : Eno Suwaryono Syakur, BSc.
• Kabid Pembinaan Kader : Agus Setiawan
• Kabid Pembinaan Pemuda : Tata Hadiansyah
• Kabid Ekuintek & Kesra : Budhi Djauhari, SKomp.
• Kabid Polhukam : Maulana Jannah, SHI.
• Kabid Kewanitaan : Hani Handini

Musyarakah

Ada artikel menarik yang ditulis ustadz Kita, Ustadz Mahfudz Sidik. Artikel ini perlu dibaca dan difahami, karena perolehan suara PKS yang menurun pada pemilu kemarin, sedikit banyak dipengaruhi oleh beberapa kader yang mengganggap bahwa partai sudah keluar dari manhaj dakwah, sudah tidak sesuai dengan asholah dakwah, sehingga mereka golput atau tidak memilih PKS.

baik, berikut tulisan beliau selengkapnya:

Belakangan ini ada penilaian dari sebagian orang bahwa gerakan dakwah mulai berkompromi terhadap masalah yang semestinya disikapi secara keras dan tegas. Muncul pula sangkaan bahwa dakwah mulai terseret arus pragmatism.

Ada juga sikap ekstrem yang menggugat keterlibatan dakwah dalam politik, karena dinilai sebagai langkah sia-sia, melunturkan fikrah gerakan dan syakhsiyah (kepribadian) para aktivisnya.

Pangkal persoalannya, adalah prinsip musyarakah siyasiyah. Yaitu kebijakan gerakan dakwah untuk ikut terlibat (musyarakah) dalam proses pengelolaan Negara melalui jalur-jalur konstitusional, baik di legislatif, eksekutif maupun maupun yudikatif, kebijakan musyarakah sesungguhnya berangkat dari prinsip at-jajdid wa ishlah yang sudah kita bicarakan sebelumnya.

Hasan al-Banna -yang memelopori ide musyarakah bagi gerakan Islam modern- dalam muktamar al-Khamis menyatkan: “Adapun perangkat umum kita adalah memberikan penjelasan yang memuaskan dan menyebarkan dakwah dengan berbagai sarananya. Setelah itu adalah perjuangan konstitusional hingga suara dakwah ini terdengar di berbagai forum resmi, yang lalu didukung dan ditegakkan oleh kekuatan eksekutif”.

Hasan al-Banna juga menjelaskan bahwa dasar pertimbangan utama prinsip musyarakah ini adalah kearifan dan hikmah, lalu pemeliharaan atas kondisi, baik yang umum maupun khusus, agar dakwah mendapatkan sebesar mungkin manfaat.

Memang harus diakui, keterlibatan gerakan Islam dalam pemerintahan yang tidak Islami termasuk masalah krusial yang menyita perhatian banyak aktivis di lapangan. Gerakan Islam terkadang melihat kondisi dan masa di mana keterlibatan dalam pemerintahan dapat mewujudkan kemanfaatan yang besar bagi Islam dan kaum muslimin, bahkan terkadang menyebabkan runtuhnya kebatilan dan teguhnya kebenaran.

Prof. Dr. Taufiq Yusuf Al-Wa’iy membuat beberapa kesimpulan tentang kemaslahatan yang dihasilkan dari keterlibatan gerakan Islam di pentas pemerintahan sebagai berikut:

1. Mengantisipasi berbagai kerusakan, konspirasi, dan berbagai tipudaya terhadap gerakan Islam sampai batas tertentu, dengan cara mengintai berbagai rencana tersembunyi lalu berusaha menggagalkan rencana tersebut.

2. Memberikan contoh Islami kepada masyarakat dan memberikan pemahaman kepada mereka bahwa kader jama’ah itu bukan kelompok ahli wirid yang mengisolasi diri, namun mereka mampu pula untuk memimpin rakyat dan mengelola Negara.

3. Mengembalikan kepercayaan rakyat kepada Islam dan kaum Muslimin, dan bahwa Islam adalah agama yang mampu mengatur berbagai urusan kehidupan, baik yang khusus maupun yang umum, dan itu tidak bisa dilakukan kecuali oleh mereka yang terlibat, untuk mewujudkan keadilan dan menghancurkan kebatilan.

4. Menambah pengalaman jama’ah dalam mengelola pemerintahan. Tanpa pelatihan semacam ini maka keahlian tidak mungkin didapatkan.

5. Gerakan Islam menjadi kenal terhadap pemerintahan yang berkuasa untuk kemudian menjauhkan ekses buruknya.

6. Memberikan pelatihan dan pengalaman terhadap dan spesialis dakwah, dengan cara mengikutkan mereka dalam pengiriman urusan ke luar negeri, yang biasanya dikelola oleh kementrian.

7. Menciptakan sejumlah orang dari aktivis gerakan Islam agar mereka nantinya memiliki posisi terhormat di tengah masyarakatnya untuk pos-pos tertentu. Mereka ini akan sangat besar manfaatnya dalam banyak situasi dan bisa pula memecahkan berbagai persoalan, baik yang dihadapi jama’ah maupun personilnya.

8. Menambah pusat-pusat Islam dan meminimalkan pusat-pusat kekufuran dengan mendominasi pemerintahan yang berkuasa.

9. Melatih kader gerakan untuk mahir berpolitik dan mampu mengatasi permainan-permainannya.

10. Mengambil manfaat dari wibawa kekuasaan untuk kemaslahatan jama’ah.

11. Boleh jadi, tatkala orang-orang saleh dilarang terlibat dalam pemerintahan, posisinya akan digantikan oleh kalangan lain, yang jika mereka mendapatkan pusat-pusat kekuasaan maka mereka akan berusaha menggunakannya sekuat mungkin untuk memerangi gerakan Islam, bahkan untuk memerangi Islam dan kaum muslimin.

Pertimbangan masalah di sini bukan berarti mengabaikan kemungkinan mafsadatnya. Bahkan mungkin saja mafsadat keterlibatan sangat mungkin lebih kuat daripada semua maslahat yang mungkin diwujudkan, apalagi jika hanya berupa waham.

Namun, fiqih muwazanah dalam menilai musyarakah bukanlah pada titik ekstrem pemerintahan Islami versus pemerintahan jahiliyah. Melainkan menimbang antara pemerintahan jahiliyah dengan terlibatnya para aktivis Islam, dan pemerintahan jahiliyah tanpa keterlibatan aktivis Islam.

Perlu diingat, di kalangan ahli ushul dikenal dengan kaidah bahwa: “jika halal dan haram berhadap-hadapan, maka yang halal harus dimenangkan”. Tidk adanya keterlibatan tidak bisa mengubah pemerintahan jahiliyah menjadi Islam. Sedangkan ikut terlibat bisa mengurangi sebagian dari mafsadat pemerintahan jahiliyah dan bisa mewujudkan sebagian maslahat untuk kaum muslimin yang diperintahkan syari’at.

Ust. Mahfudz Sidik
Sumber: Tarbawi edisi 185 thn. 10 Sya’ban 1429

Kamis, 07 Mei 2009

Hasil Pemilu

Kecewa, sedih, nggak percaya.
itu yang dirasakan hampir semua kader PKS, terutama di Tasikmalaya, melihat hasil Pemilu 2009.
bagaimana tidak, beberapa hari sebelum Pemilu, survey, berita dan kondisi lapangan menunjukkan antusiasme masyarakat sangat tinggi terhadap PKS.

banyak faktor memang yang menyebabkan perolehan suara PKS tidak sesuai harapan, baik dari eksternal maupun internal sendiri.

Tapi, apapun sudah terjadi. Alhamdulillah masyarakat Kota Tasikmalaya masih menggantungkan harapan pada PKS, dengan tetap terpilihnya 4 orang Kader menjadi Anggota Legislatif, tidak bertambah sih.. tapi juga tidak berkurang, alias anger keneh, walaupun suara mah ngurangan. Waktu 2004 30 ribuan sekarang dapat 27.557 suara, (hasil suara secara terperinci nanti lah ditampilkan)

4 orang Kader yang menjadi Anggota Dewan itu:
dapil 1 Dede Muhammad Muharam
Dapil 2 Isak Farid
Dapil 3 Heri Ahmadi
Dapil 4 Ade Ruhimat

3 orang semangat baru, 1 orang pemain lama, sebuah kompisisi ideal, mudah-mudahan kinerja mereka lebih dapat dirasakan keberkahannya oleh masyarkat Kota Tasikmalaya.