LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) telah melaksanakan Survei Telepon (Telepolling) mengenai Preferensi Politik Masyarakat Menjelang Pemilu Presiden 8 Juli 2009. Responden dari telepolling ini adalah masyarakat pengguna telepon rumah tangga di 15 kota besar di Indonesia meliputi Jakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Medan, Padang, Palembang, Makassar, Manado, Balikpapan, Banjarmasin, dan Denpasar.
Survei dilaksanakan dengan metoda wawancara melalui telepon, tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat masyarakat secara umum, melainkan mereka para pengguna telepon rumah tangga di 15 kota besar di Indonesia yang menjadi lokasi survei sebagaimana disebutkan di atas. Pengumpulan data dilaksanakan pada 3 – 4 Juni, berhasil menjaring sebanyak 1.994 responden yang ditentukan secara acak sistematis (systematic random sampling) berdasarkan buku telepon residensial yang diterbitkan PT Telkom. Ambang kesalahan (margin of error) dari survei ini diperkirakan +/- 2% pada tingkat kepercayaan 95%.
Berikut ini adalah temuan pokok telepolling LP3ES.
1. Elektabilitas Pasangan Capres/Cawapres
1.1. Pasangan SBY-Boediono Masih Unggul
Memasuki pekan kedua bulan Juni, dimana Pemilu Presiden tinggal tersisa 30 hari lagi, pasangan SBY-Boediono masih memimpin dengan 54,9% dukungan. Angka keterpilihan yang diperoleh pasangan ini di 15 kota besar di Indonesia ini jauh mengungguli kedua pasangan kandidat lainnya yakni Megawati-Prabowo (9,7%) dan JK-Wiranto (6,8%). Namun demikian, perolehan ini dimungkinkan berubah karena masih terdapat sekitar 27% masyarakat yang tidak terbuka dengan pilihannya.
Grafik 1).
1.2. SBY, JK, dan Prabowo sebagai Figur Penentu Pilihan
Selalu ada figur kunci diantara ketiga pasangan kandidat Capres/Cawapres yang ada. Pada pasangan SBY-Boediono, misalnya, pilihan masyarakat yang mendukung pasangan ini lebih dikarenakan figur SBY (72,5%) ketimbang Boediono (2,2%). Demikian pula pada pasangan JK-Wiranto, mereka yang mendukung pasangan ini lebih dikarenakan figur JK (63,2%) ketimbang Wiranto (7,%). Sementara pada pasangan Megawati-Prabowo, dukungan terhadap kedua figur relatif berimbang, meskipun nampak bahwa figur Prabowo lebih menjadi penentu pilihan (35,4%) ketimbang Megawati (32,3%). (Grafik 2).
1.3. Pendukung Partai Demokrat Solid, Golkar dan PDI-P Terbelah
Jika dilihat dari partai-partai utama penyokong koalisi pasangan Capres/Cawapres, nampak bahwa pendukung Partai Demokrat di 15 kota solid (79,9%) akan memilih SBY-Boediono. Hal yang sama tidak terjadi pada pendukung Partai Golkar dan PDI-P yang mengalami polarisasi pilihan. Diantara pendukung Partai Golkar, misalnya, kurang dari separuh (44,9%) yang akan memilih JK-Wiranto, sementara pendukung PDI-P yang akan memilih Mega-Prabowo ada sebanyak 58%. Dalam situasi ketidaksolidan para pendukung partai ini, pasangan SBY-Boediono diuntungkan karena “menerima” limpahan suara yang cukup signifikan dari pendukung Golkar (25,2%) dan PDI-P (17,2%).
Polarisasi pilihan juga terjadi pada pendukung PKS dan PAN. Meskipun pilihan terbanyak ditujukan kepada SBY-Boediono, tetapi pasangan JK-Wiranto juga mendapatkan dukungan yang relatif signifikan dari kedua partai pendukung koalisi SBY-Boediono ini. (Tabel 1).
2. Citra dan Latarbelakang Atribut Pasangan Kandidat
2.1. Masyarakat menilai Pasangan SBY-Boediono: Programnya paling berpihak rakyat, paling bersih KKN, dan paling peduli rakyat kecil.
Survei LP3ES hendak menjaring pandangan masyarakat terhadap ketiga pasangan Capes/Cawapres dalam kaitannya dengan program yang pro-rakyat, kebersihan dari KKN, dan sikap peduli rakyat kecil. Hasil survei menunjukkan, masyarakat pengguna telepon di 15 kota menilai bahwa pasangan SBY-Boediono unggul atas ketiga citra tersebut; dimana pasangan ini mereka nilai sebagai pasangan yang programnya paling berpihak kepada rakyat, paling bersih dari KKN, dan paling mencerminkan sikap peduli terhadap rakyat kecil dibandingkan kedua pasangan Capres/Cawapres lainnya. (Grafik 3).
2.2. Sejumlah Isu mengenai Neolib, Kombinasi Jawa-Luar Jawa dan Istri-Istri Pasangan yang Berjilbab Tidak Mempengaruhi Pilihan
Masyarakat pengguna telepon di 15 kota juga tidak terpengaruh dengan sejumlah isyu yang beredar terkait dengan latar-belakang padangan kandidat, seperti isyu kombinasi Jawa-Luar Jawa, istri-istri yang berjilbab, dan paham ekonomi liberal (neolib); meskipun untuk isyu yang terakhir ini komposisi antara yang terpengaruh atau tidak terpengaruh hampir berimbang –selisih 10,3 persen poin.
(Grafik 4).
Jika dikaitkan dengan pilihan terhadap pasangan Capres/Cawapres, nampak bahwa mereka yang memilih pasangan JK-Wiranto dan Mega-Prabowo adalah mereka cenderung menimbang isyu paham ekonomi liberal (neolib) dalam menentukan pilihannya. Sementara untuk isu istri-istri yang berjilbab, pada umumnya tidak menjadi pertimbangan diantara pendukung Capres/Cawapres dalam menentukan pilihan, bahkan diantara pendukung pasangan JK-Wiranto sekalipun. Demikian pula dengan isyu mengenai latarbelakang Jawa-Luar Jawa, juga tidak menjadi pertimbangan diantara mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketiga isu ini –terutama mengenai istri-istri yang berjilbab dan kombijasi Jawa-Luar Jawa, merupakan isu yang kontraproduktif. (Grafik 5).
3. Penilaian terhadap Kinerja SBY-JK dan Pilihan Politik Masyarakat
3.1. Kinerja SBY-JK dinilai relatif baik oleh Masyarakat
Kinerja SBY-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini dinilai relatif baik oleh masyarakat pengguna telepon di 15 kota, meskipun selang kepuasan mereka terhadap SBY sebagai Presiden relatif lebih tinggi (72,2%) dibandingkan JK sebagai Wakil Presiden (46,5%). (Grafik 6).
Lalu, bagaimana sebaran pilihan politik mereka? Mereka yang puas baik terhadap kinerja SBY maupun JK sebagian besar (60,1%) memilih pasangan SBY-Boediono. Mereka yang tidak puas terhadap SBY tetapi puas terhadap JK cenderung akan memilih JK-Wiranto (39%) dan Mega-Prabowo (28,6%). Yang puas terhadap kinerja SBY tapi tidak puas kinerja JK akan memilih SBY-Boediono (79,6%). Yang mengejutkan, diantara mereka yang tidak puas baik kepada SBY maupun JK, pasangan SBY-Boediono juga mendapatkan dukungan yang signifikan (25,9%) meskipun dukungan tertinggi kelompok ini mengalir kepada Mega-Prabowo (28,6%). (Grafik 7). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka tidak puas terhadap kinerja SBY-JK tetapi ketika dihadapkan pada pilihan figur-figur pasangan yang terbatas, SBY-Boediono kembli mereka timbang sebagai Capres/Cawapres pilihan selain Mega-Prabowo.
3.2. Pilihan Politik berdasarkan Kondisi Ekonomi
Jika pada Pemilu Legislatif April 2009 lalu kondisi ekonomi memengaruhi pilihan, dimana mereka yang merasa kondisi ekonominya lebih baik cenderung memilih Partai Demokrat dan sebaliknya yang kondisi ekonominya memburuk cenderung memilih PDIP; pilihan politik masyarakat untuk Pemilu Presiden nampaknya berbeda. Hasil survei menunjukkan bahwa pasangan SBY-Boediono mendapatkan dukungan yang relatif merata baik dari mereka yang kondisi ekonominya membaik, sama saja, atau buruk. (Grafik 8).
Untuk informasi lebih lanjut harap menghubungi:
Fajar Nursahid, Kepala Divisi Penelitian LP3ES
0815-8049385 / (021) 567-4211, fajar@lp3es.or.id
sumber: www.lp3es.or.id
Untuk melihat hasil Telepolling lengkap, silahkan download di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar