Rabu, 05 Agustus 2009

Bayanat Tarhib Ramadhan

Ikhwah Fillah, beberapa hari lagi bulan suci Ramadhan akan mendatangi kita. Sudah siapkah kita menyambutnya?

Mengisi bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, tidak bisa hanya dengan aktivitas ibadah biasa seperti bulan-bulan yang lain, karena di bulan Ramadhan ini, Allah melipatgandakan pahala ibadah, ibadah sunnah dinilai sama dengan pahala ibadah fardhu dan ibadah fardhu Allah lipatgandakan pahalanya.

Sayang kalau bulan Ramadhan hanya lewat begitu saja, tanpa prestasi ibadah yang maksimal.

Ada waktu sekitar 10 hari untuk mempersiapkan fisik dan hati kita untuk merencanakan aktivitas ibadah kita di bulan Ramadhan kali ini.

Dewan Syariah Pusat sudah mengeluarkan Bayanat terkait Tarhib Bulan Ramadhan 1430H, silahkan download di sini.

DPD juga sudah membentuk Panitian untuk memanage aktivitas ibadah di bulan Ramadhan, silahkan kontak Ketua Panitia Ansyithoh Ramadhan ( Agus Sugiarto) untuk mengetahui agenda kegiatan bulan Ramadhan 1430 H.

Untuk yang membutuhkan Bayanat DSP ttg Tarhib Ramadhan 1430 silahkan klik di sini. Mudah-mudahan bermanfaat!


Selasa, 04 Agustus 2009

Profil Anggota Dewan PKS 4


Sama seperti Daerah Pemilihan yang lain, Dapil 4 pun mengantarkan 1 orang kadernya untuk menjadi Anggota Dewan Kota Tasikmalaya periode 2009-2014, yaitu bpk ADE RUHIMAT, SIP. Berikut profil lengkapnya:

Nama ADE RUHIMAT mungkin sudah tidak asing bagi para politisi, eksekutif, wartawan maupun masyarakat Kota Tasikmalaya, menjadi Anggota Dewan sejak tahun 1999 ditambah kevokalannya mengomentari kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat, menjadikannya dekat dengan para wartawan dan fotonya pun sering muncul di surat kabar lokal.
Lahir di Tasikmalaya tanggal 20 Maret 1964
tinggal di KP. TALANGSARI RT. 2 RW. 1, KEL. AWIPARI KEC. CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA
Pendidikan : S-1 sedang menyelesaikan S-2

Profil Anggota Dewan PKS 3


Kader yang terpilih menjadi Anggota Dewan Kota Tasikmalaya periode 2009-2014 untuk Daerah Pemilihan 3 (Kec. Mangkubumi & Kawalu) adalah ustadz HERI AHMADI, yang juga Ketua DPD PKS Kota Tasikmalaya

Berikut ini profilnya:

Nama : HERI AHMADI
Alamat : BOJONGLIMUS RT. 2 RW. 6, KEL. LINGGAJAYA KEC. MANGKUBUMI KOTA TASIKMALAYA
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : D-3

Selasa, 28 Juli 2009

Profil Anggota Dewan PKS 2


Berikut profil Anggota Dewan terpilih PKS untuk periode 2009-2014 dari Daerah Pemilihan 2 (DP_2)

ISAK FARID
Kader yang satu ini lebih dikenal dikalangan ibu-ibu, maklum beliau sering mengisi majlis ta'lim-majlis ta'lim di kota Tasikmalaya.
Lahir di Tasikmalaya bagian Kidul, 22 April 1967, sekarang tinggal di Padamulya RT. 01 RW. 02 Kelurahan Sukamulya Kec. Bungursari.

Profil Angota Dewan PKS 1


Berikut ini kami informasikan profil Anggota Dewan terpilih dari PKS untuk periode 2009-2014, dimulai dari Anggota Dewan dari DP-1, Kecamatan Tawang dan Cihideung.

DEDE MUHAMMAD MUHARAM
Lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1963
Tinggal di Kel. Lengkongsari tepatnya di Lengkong Tengah RT. 02 RW. 03, beliau sendiri ketua RW nya, sehingga sudah tidak asing lagi bagi warga Lengkong khususnya.
Wiraswasta sebagai pedagang di Pasar Pancasila, bahkan beliau sebagai Ketua Persatuan Pedagang Pasar Pancasila.


Selasa, 21 Juli 2009

Taujih tentang Peranan Pemuda

Bagaimana pandangan ustad Hilmi Aminuddin, Lc. (Ketua Majlis Syuro) dan ustad Anis Matta, Lc. (Sekjen DPP) tentang Peranan Pemuda?

Silahkan download saja.

1. Taujih Ust. Hilmi Aminuddin, Lc klik di sini
2. Taujih Ust. Anis Matta, Lc. klik di sini

mudah-mudahan bermanfaat

Rabu, 15 Juli 2009

Dialog Anis Matta dgn. TVRI


Saat Kampanye sebelum Pemilu Legislatif, Iklan PKS cukup menuai kontroversi.
Berikut penjelasan ustad Anis Matta kepada TVRI, terkait iklan tersebut dan isu-isu yang lainnya.

Silahkan klik saja untuk mendownload film wawancaranya, maaf dibagi dalam beberapa bagian supaya mudah downloadnya.

1. bagian 1, klik di sini
2. bagian 2, klik di sini
3. bagian 3, klik di sini
4. bagian 4, klik di sini
5. bagian 5, klik di sini
semoga bermanfaat.

Jumat, 19 Juni 2009

Info untuk para Anggota Dewan

Untuk para Anggota Dewan, beberapa info ini mungkin penting dipelajari sebagai bekal nanti 'berjuang' di parlemen.


1. RUU Susduk yang baru, untuk download klik di sini,
2. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, untuk download klik di sini,

Semoga bermanfaat.

Senin, 15 Juni 2009

Kembali Kepada Idealisme Da’wah

Ta’shil Da’awi artinya (orisinilitas da’wah): Menjaga kemurnian atau keaslian da’wah. Dalam pengembangan da’wah, orisinilitas harus selalu terjaga dan terpelihara, sehingga memiliki landasan yang kuat dan kokoh untuk terus bergerak. Dan da’wah sangat terkait dengan takwin, maka ketika kita bicara pada tataran konsep, kader dan aktivis harus berpegang teguh pada idealisme da’wah. Karena seberat apapun ujian dalam da’wah, selama kader memiliki pegangan yang kuat dalam melangkah, maka idealisme da’wah akan tetap terjaga dan terpelihara. Karenanya kita harus memahami tentang Ta’shil Da’awi (orisinilitas dalam da’wah).

Keberhasilan kader dan aktifis menjaga Ta’shil Ad Da’awi akan memberikan kekuatan yang sangat penting dalam takwin (pengembangan) dan kemenangan da’wah. Karenanya kader dan aktivis perlu memperhatikan hal-hal yang prinsip dalam Ta’shil Da’awi sehingga asholah da’wah tetap menjaga. Ta’shil Ad Da’awi memiliki landasan yang kuat, dan kalau diringkas akan menjadi tiga bagian, yaitu:

Pertama, Ta’shil Syar’i kemurnian syariat). Kader dan aktifis harus kembali kepada kemurnian dan keutuhan syariat. Tidak ada fiquh da’wah tanpa fiquh syari’ah, karenanya ruang lingkup gerak da’wah harus berada dalam bingkai syari’at. Jadi, ketika kita bicara tentang syariat tidak lebih pada Ahkamul khomsah (hukum yang lima), yaitu halal, haram, wajib, makruh, dan sunnah. Setiap gerak para kader dan aktifis harus berada dalam frame Ahkamu syariah (hukum syariah) . Apakah hal tersebut wajib, sunnah, haram, makruh atau mubah.

Ketika berbicara tentang ta’shil syar’i, tidak bisa lepas dari fiquh Aulawiyah Syari’ah (skala prioritas dalam syari’ah), dengan sikap yang haram (tinggalkan), mubah (pilih sesuai dengan kemaslahatan), makruh (hindari), sunnah (tingkatkan). Dengan skala prioritas ini kita tidak disibukkan oleh hal yang mubah dengan meremehkan kewajiban atau melaksanakan yang sunnah tanpa melakukan kewajiban. Artinya, sikap yang tepat dalam menjalankan syariat adalah, memulai dari yang wajib. Jika wajib ain harus diutamakan baru menjalankan kewajiban yang bersifat kifayyah, baru menjalankan sunnah. Sunnah muakkadah lebih didahulukan daripada sunnah mandubah, baru melakukan yang mubah sebagai pilihan terakhir.

Gerak para kader dan aktifis harus terus berada dalam frame hukum syariah yang terikat dengan fiquh prioritas. Dalam konteks sekarang, kebiasaan menonton bola atau Film hukumnya bisa makruh karena menghabiskan waktu pada hal yang tidak berguna bahkan kita bisa terjebak pada haram. Dan dalam surat Al Mukminun Allah menggambarkan mengenai sifat orang mukmin yang mendapatkan kemenangan serta mewarisi surga Firdaus adalah salah satunya menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. Ingat ikhwah fillah sibuk memperdebatkan hukum tentang celana di bawah mata kaki atau diatas mata kaki adalah pembahasan yang sia-sia dan menghabiskan waktu jika di belahan bumi lain banyak saudara-saudara kita dibantai, diblokade, dan terdholimi oleh musuh-musuh islam.

Kedua, Ta’shil Al Fikri (keaslian fikroh). Kader dan aktifis harus menjaga kemurnian dan orisinilitas fikroh, konsep atau manhaj. Jadi, ketika kader dan aktifis hendak berpikir, mengemukakan wacana, berpendapat, menelurkan ide serta gagasan, maka harus berlandaskan Al Qur’an dan sunnah Rasul, bukan sekedar beropini atau berbicara tanpa punya landasan yang jelas. Dan untuk memudahkan pemahaman terhadap manhaj berpikir sesuai Al Qur’an dan Sunnah, Imam Hasan Al Banna telah memudahkan kita dengan formulasi Ushul Isrin. Para kader dan aktifis da’wah harus Istis’ab dan memiliki pendalaman tentang ushul isrin. Karena semua permasalahan yang kita hadapi dalam berbagai bidang kehidupan, solusinya ada dalam Ushul Isrin.

Ikhwah fillah. Ushul isrin harus dikaji secara mendalam dan komperhensif lalu sebagai kader dan aktifis kita berusaha mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan kaidah-kaidah yang terangkum dalam dua puluh prinsip (intisari dari Al Qur’an dan Sunnah Rasul) adalah salah satu ijtihad abad yang ke-20 yang dilakukan oleh Imam Hasan Al Banna yang tidak dilakukan oleh ulama terdahulu. Di dalamnya terkait dengan berbagai macam permasalahan kehidupan termasuk mengenai jama’ah, khilafiyah, pemikiran dan lainnya. Artinya kalau kita ingin menjaga konsep da’wah ini, maka semuanya telah terangkum dalam ushul isrin. Bahkan seluruh tulisan atau karya ilmiah yang ditulis oleh para qiyadah da’wah atau masyakhi da’wah, semuanya mengambil rujukan dari ushul isrin. Kita dapat membaca buku yang ditulis oleh syeh Musthofa Masyhur semua rujukannya adalah ushul isrin. Dan ketika Yusuf Qardhawi menulis dalam konsep berpikir manhaj, rujukannya adalah ushul isrin. Jadi, bukan sekedar mengetahui 20 prinsip, tapi yang lebih penting bagaimana kita harus memahami dan mengaktualisasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Masalah ini dapat diatasi dengan Ta’shil Al Fikri (internalisasi tentang fikroh).

Ketiga, Ta’shil Haroki (kemurnian berharoki). Berbicara tentang da’wah adalah gerak aktifitas atau kerja. Bukan wacana apalagi gosip. Da’wah adalah haroki - bekerja aktif. Maka tidak asholah dan tidak murni lagi (palsu) kalau masih ada kader da’wah dan aktifis yang tidak aktif. Tidak Asholah lagi jika hanya pandai berwacana tapi tidak ada kontribusi atau pastisipasi dalam da’wah. Karena orisinilitas da’wah di antaranya ta’shil haroki (bergerak dan terus bekerja), bukan banyak debat atau diskusi tapi tanpa berbuat dan berkarya untuk da’wah. Yang harus selalu menjadi pertanya para kader dan aktifis adalah, “Apa kontribusi saya dalam da’wah?” Bukti kalau kader dan aktifis masih asholah dalam da’wah adalah memiliki peran atau kontribusi aktif serta terlibat penuh dalam partisipasi aktif. Jadi, kalau masih ada kader yang tidak terlibat, tidak aktif maka ta’shil harokinya tidak berjalan dengan baik.

Ikhwah fillah… da’wah adalah haroki. Hal ini terbukti dalam sejarah kehidupan nabi dan para sahabatnya. Rasulullah saw selama di Madinah bersama para sahabat melakukan peperangan selama 100x. Di Madinah 10 tahun. Mulai perang tahun ke-2. Seratus kali antara yang dipimpin oleh Rasul dan dipimpin oleh sabahabat, antara yang terjadi perang dan yang tidak terjadi perang, dan antara perang yang besar dan yang kecil. Hal ini menunjukkan adanya mobilitas yang luar biasa, dan tanpa ada kesempatan untuk istirahat, bersantai – santai bagi kader da’wah. Untuk kondisi kita saat ini, tidak ada lagi kesempatan untuk nonton bola, nonton Film, berdebat mengenai hal yang remeh, dan berpikir yang “aneh – aneh” tapi semuanya dalam kondisi siaga penuh dalam menjalankan tugas da’wah.

Ikhwah fillah. Kalau kita perhatikan dengan baik bahasa – bahasa Al Qur’an, sebetulnya tidak mengenal istilah uzur. Dalam da’wah ini berangkat ke medan perang dalam keadaan ringan, berat, susah, atau mudah. Semua mukmin harus berangkat semua, sehingga ketika ada sebagian sahabat yang uzur (berhalangan) dalam arti tidak dapat memenuhi panggilan da’wah karena tidak punya dana, kendaraan, sarana, atau fasilitas, mereka tidak kemudian santai mengatakan Alhamdulillah. Hal ini berbeda dengan kondisi sebagian kader dan aktifis kita yang malah bersyukur, dan mengucapkan Al hamdulillah ketika mendengar liqo diliburkan. Para sahabat yang tidak dapat andil dalam perjuangan (tidak hadir), dan tidak punya kontribusi mengalami kesedihan yang luar biasa meski secara hukum syar’i tidak ada beban dosa. Tapi secara moral (psikologi) sebagai kader da’wah (aktifis da’wah), ketika tidak terlibat atau tidak berkontribusi tetap ada beban moral walau tidak berdosa. Karenanya pada prinsipnya keterlibatan dalam da’wah adalah pastisipasi aktif dan terlibat secara nyata dan punya kontribusi terus sehingga mereka bersedih.

Dan tiada pula berdosa orang – orang yang datang kepadamu, supaya engkau bawa mereka (pergi berperang), lalu engkau berkata kepadanya: Aku tiada memperoleh belanja untuk membawa kamu” Beberapa orang sahabat datang kepada Rasulullah meminta untuk difasilitasi untuk diangkut, diberi kendaraan untuk pergi ke medan perang, tapi kata Rasul mengatakan, “Saya tidak bisa lagi menfasilitasi kalian karena sudah sangat terbatas. Sudah tidak ada lagi dana, kendaraan, atau fasilitas. Kalian tinggal saja di rumah kalian, karena kalian tidak ada uzur (dosa) bagi kalian.” Dan ketika Rasulullah mengatakan hal tersebut, air mata mereka mengalir sedih.

mengapa demikian? Karena mereka tidak bisa bergabung atau tidak berkontribusi. Adalah kerugian yang sangat besar ketika kita sebagai kader da’wah kemudian kita tidak punya kontribusi, tidak terlibat secara aktif. Karena orang lain mendapatkan pahala, atau kesempatan untuk bersejajar dengan para nabi, masuk surga, kemudian kita tertinggal. Ini yang harus dipahami betul oleh para kader dan aktifis. Bahwa kita harus bergerak atau sibuk untuk bekerja urusan – urusan da’wah.

Sebagai contoh, Abu Dzar Al Ghifari secara moral ada beban moral ketika tidak hadir, tidak berangkat, tidak terlibat, dan tidak punya peran walau dalam keadaan uzur. Karena ketika sudah mengikrarkan diri sebagai kader da’wah, maka harus berangkat. Artinya ketika sudah menyatakan diri sebagai kader da’wah, maka harus berangkat atau terlibat dalam setiap aktifitas da’wah. Selama ada modal iman, ada modal motivasi, akal sehat, pikiran sehat, harus berangkat walaupun harus jalan kaki 700 meter dari Madinah ke Syam. Abu Dzar Al Ghifari berjalan sendirian, di bawah panas terik matahari. Kenapa? Karena beliau memahami betul, bahwa sebagai aktifis da’wah dituntut untuk memberikan loyalitas keterlibatan aktif dalam perjuangan.

Ta’shil Haroki (kemurnian dalam berharaki), kader dan aktifis harus terus bergerak aktif dan produktif. Apalagi kita dituntut untuk lebih cepat atau agresif untuk kemenangan da’wah. Tidak mungkin kita akan meraih 20% menjadi 3 besar, kalau kita sendiri masih berat untuk melangkah. Untuk melangkah cepat saja belum tentu bisa memenangkan da’wah apalagi lambat. Kader da’wah harus melompat cepat dan agresif untuk melakukan ekspansi jika memiliki cita – cita mulia yaitu memenangkan da’wah..
Ikhwah fillah. Ingatlah baik – baik pesan Imam Hasan Al Banna. Beliau mengatakan, “Tidak layak untuk da’wah ini kecuali orang yang siap membela da’wah dengan segala potensi yang ia miliki.” Artinya sebagai kader dan aktifis kita harus siap berkorban dengan waktu, tenaga, pikiran, harta benda, istirahat, darah, nyawa, dan lainnya. Karena da’wah adalah darah daging bagi kader – kader da’wah yang layak mendapat kemenangan dari Allah. Karenanya keterlibatan dalam da’wah adalah kerja. Apalagi ketika kita di hadapkan pada banyak fitnah, banyak godaan, cobaan, huru hara, dan gelap gulita. Kita hidup dalam kondisi zaman yang rusak, yang bisa jadi bertambah kerusakannya jika eksistensi da’wah terancam karena sikap pasif para kader dan aktifis. Banyaknya fitnah, huru hara dan kegelapan bisa menjadikan seseorang pagi hari dalam keadaan mukmin sore hari ia menjadi kafir, sore masih mukmin pagi hari menjadi kafir. Apa yang Rasulullah gambarkan kini benar – benar mulai menunjukkan gejala atau indikasi kerusakan yang hebat, dimana kita menghadapi kekacauan yang luar biasa. Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan oleh kader – kader terbaik da’wah untuk mengantisipasi hal ini? Tidak ada pilihan untuk menghindari hal tersebut agar selamat kecuali dengan amal. Segera berbuat atau beramal sebelum datangkan kekacauan yang luar biasa dan lebih besar lagi. Karena saat itu umat akan sulit untuk membedakan yang hak dan yang batil.

Ikhwah Fillah,
Haroki harus terorganisir karena da’wah akan produktif dan haroki dapat berjalan efektif jika ia bergerak dalam struktur. Para kader dan aktivis harus menghindari melakukan amal – amal yang liar. Amalnya bagus, baik, tapi liar karena tidak masuk dalam struktur organisasi, dan amal ini tidak banyak manfaatnya karena program – program yang sifatnya liar. Dan kita sering kali bersikap melakukan pembenaran terhadap amal – amal liar dengan beragumen, “Ini kan da’wah juga…,” sebagai kader da’wah kita harus ingat, cara – cara yang liar hanya berdampak sekejap dan berbahaya bagi da’wah. Padahal yang kita inginkan adalah da’wah yang terstruktur dan teorganisir dalam bingkai kebijakan umum atau strategi umum. Bukan hanya sekedar bergerak liar di luar struktur. Tapi yang teratur, dan tertib dalam aturan yang dibuat oleh system. Kalau sekedar bergerak, maka akan lebih banyak mudharotnya bagi da’wah.

Ikhwah fillah…. ilustrasi amal liar yang berada di luar struktur diibaratkan dengan Air. Air kalau tidak mengalir ke kanal – kanal yang telah dipersiapkan, ia akan merusak jalanan. Aspal berlubang, lalu akan menimbulkan kemacetan akibat banjir bahkan dapat menjebolkan tambul. Begitu juga ketika kita berharokah yang tidak terorganisir, tidak tertib. Cenderung hal ini akan merusak. Seperti aliran air yang tidak mengalir pada kanalnya. Karena itu, gerak yang kita lakukan harus mengacu pada konsep tarbiyah. Artinya jangan karena kita aktif lalu lupa pada tarbiyah. Ada sebagian ikhwah kita yang aktif di berbagai lembaga, instansi non pemerintah seperti Ormas, LSM, Yayasan dan organisasi lainnya, tapi dia lupa mentarbiyah dirinya sendiri. Padahal amal haroki baru akan banyak faedah manakala berangkat dari tarbiyah. Karena dengan tarbiyah kita selalu diingatkan tentang keikhlasan, kesabaran, istiqomah agar hati tetap terjaga.

Yang sangat disayangkan, sebagian ikhwah kita yang aktif luar biasa terkadang tidak mencerminkan harokah. Artinya mengajak orang melakukan perubahan, berbuat baik, sementara perilaku hidupnya jauh dari nilai - nilai yang dia emban. Yakni bertolak belakang dengan apa yang disampaikan kepada masyarakat. Dia membicarakan tentang tarbiyah, sementara dia sendiri tidak tertarbiyah dengan baik. Mengajak kepada da’wah tapi lalai untuk mengimplementasikan nilai da’wah dalam kepribadiannya sebagai kader da’wah. Karena itu haroki harus ada dalam kendali tarbiyah.
Ikhwah fillah, ingatkan bagaimana dialog sahabat Anshor dengan Rasulullah, “Ya Rasulullah, jika engkau kehendaki, kami siap dengan pedang – pedang kami untuk menghadapi kaum musyrikin saat ini juga.” Ketika rahasia pertemuan Rasulullah dengan para sahabat Anshor diketahui atau dibocorkan, maka Rasulullah mengatakan, “Lebih baik kamu pulang ke kampung kamu masing – masing menyebarkan da’wah, memperbanyak kader, memperluas da’wah dan kita belum waktunya untuk melakukan ini dan pada saatnya tiba kita akan melakukan ini.”

Kamis, 11 Juni 2009

Pidato Obama

Ingin tahu pidato presiden Amerika Serikat Barrack Obama di Mesir?
Kami mendapatkan terjemahannya, mudah-mudahan bermanfaat buat Anda.
Silahkan download di Download Area atau di sini



Rabu, 10 Juni 2009

BOEDIONOMICS


Artikel ini Cuplikan dari Republika (9/6) dengan judul 'BOEDIONOMICS'

Ada tiga sektor yang menjadi fokus Boediono dalam pembangunan ekonomi ke depan. Seperti disampaikannya saat berkunjung ke redaksi Republika, Senin (8/6), di Jakarta. Boediono berusaha menyeimbangkan dua sejoli tumpuan perekonomian, hard infrastucture dan soft infrastucture.

1. Infrastuktur
Ini menjadi fokus dan kunci untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi. Sejak 11 tahun terakhir, sektor ini pas-pasan, bahkan tertinggal dibanding negara Asia. Sektor listrik, pembangunan jalan, kereta api, dan sarana/prasarana infrastruktur lainnya (hard infrastructure) berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

2. Pelayanan Masyarakat
Sesuai slogan pemerintah bersih, pelayanan masyarakat (soft infrastructure) menjadi poin penting berikutnya. Pengurusan tanah, KTP, dan hal remeh lainnya ternyata berimbas ke dunia usaha. Perbaikan ini harus sejalan dengan pembangunan infrastruktur fisik. Soft dan hard infrastructure merupakan dua sejoli tumpuan perekonomian.

3. Intervensi negara untuk kesejahteraan rakyat
Intervensi ini terutama ditujukan untuk kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah. Dana APBN harus dipakai untuk keperluan masyarakat luas, seperti pembangunan jalan di wilayah pelosok, bantuan langsung tunai (BLT), PNPM, Raskin, KUR, Program Keluarga Harapan, dsb.

Bagaimana dengan Ekonomi Syariah?

"Ekonomi syariah merupakan opsi yang serius bagi ekonomi kita," kata Boediono, saat berkunjung ke redaksi Republika, Senin (8/6), di Jakarta.

Bahkan ekonomi syariah bisa menjadi kunci Indonesia keluar dari pengaruh krisis keuangan global saat ini. Salah satu sebabnya, sistem ekonomi berbasis nonribawi itu pro-sektor riil. Dibandingkan sistem ekonomi konvensional, Boediono mengakui transaksi dalam sistem ekonomi syariah dilandaskan pada kegiatan perekonomian yang konkret. Ini tentu berbeda dengan sistem konvensional yang boleh mendasarkan aktivitasnya pada transaksi derivatif.

’Kaitan dengan pembangunan di sektor riil lepas,’ katanya. Sementara itu, sistem ekonomi syariah dilandasi pada sektor riil.

Konsep bagi hasil (risk sharing) tanpa menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada debitor, menurut mantan gubernur Bank Indonesia ini, juga sebagai konsep yang mestinya diikuti perbankan konvensional.

Konsep ekonomi syariah pun tak mengenal kesenjangan antara sektor riil dan finansial. Bila di ekonomi konvensional dua sektor ini bisa berjalan tak seiring, di ekonomi syariah ada jembatan berupa bagi hasil atau sewa.

’Seringkali terjadi dana hanya berputar-putar di sistem keuangan derivatif, tanpa turun ke sektor riil. Ini tidak ter jadi di ekonomi syariah karena konsep bagi hasil itu,’ jelasnya. Bahkan, sistem bagi hasil ini telah diterapkan di proyek infrastruktur.

Melihat perkembangan saat ini, ekonomi syariah bisa berpotensi lebih besar lagi. Pertumbuhan ekonomi syariah, diukur dari perkembangan perbankan syariah saat ini, baru sekitar dua persen.

’Ekonomi syariah harus dimulai dari tingkat usaha mikro, kecil, dan menengah (UM KM),’ jelas Boediono.

Tapi, mantan menko Perekonomian ini mencermati, perkembangan ekonomi syariah jangan sebatas jor-joran pembukaan cabang perbank ansyariah di mana-mana. Pertumbuhan cabang harus diimbangi dengan kualitas layanan dan produk syariah.

’Landasan pertumbuhan ekonomi syariah harus rasional. Jangan sekadar mendirikan bank-bank perkreditan rakyat syariah, tapi nanti mati di tengah jalan. Kalau terjadi, yang rugi syariah juga. Kompetisi di antara pelaku ekonomi syariah juga harus sehat. Dan, jangan ada hambatan. Jangan juga terlalu ekstrem, nanti mandek.’

Sejak menjadi menkeu di Kabinet Gotong Royong, Presiden Megawati Soekarno putri, Boediono mengaku selalu mendukung perkembangan ekonomi syariah. Kebijakan ini ia lanjutkan ketika menduduki kursi menko Perekonomian dan gubernur Bank Indonesia. ’Saya yakin ekonomi syariah bisa menandingi ekonomi konvensional.’



Menakar Elektabilitas Pasangan Calon Presiden/Wakil Presiden

LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial) telah melaksanakan Survei Telepon (Telepolling) mengenai Preferensi Politik Masyarakat Menjelang Pemilu Presiden 8 Juli 2009. Responden dari telepolling ini adalah masyarakat pengguna telepon rumah tangga di 15 kota besar di Indonesia meliputi Jakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Medan, Padang, Palembang, Makassar, Manado, Balikpapan, Banjarmasin, dan Denpasar.

Survei dilaksanakan dengan metoda wawancara melalui telepon, tidak dimaksudkan untuk mewakili pendapat masyarakat secara umum, melainkan mereka para pengguna telepon rumah tangga di 15 kota besar di Indonesia yang menjadi lokasi survei sebagaimana disebutkan di atas. Pengumpulan data dilaksanakan pada 3 – 4 Juni, berhasil menjaring sebanyak 1.994 responden yang ditentukan secara acak sistematis (systematic random sampling) berdasarkan buku telepon residensial yang diterbitkan PT Telkom. Ambang kesalahan (margin of error) dari survei ini diperkirakan +/- 2% pada tingkat kepercayaan 95%.

Berikut ini adalah temuan pokok telepolling LP3ES.

1. Elektabilitas Pasangan Capres/Cawapres
1.1. Pasangan SBY-Boediono Masih Unggul
Memasuki pekan kedua bulan Juni, dimana Pemilu Presiden tinggal tersisa 30 hari lagi, pasangan SBY-Boediono masih memimpin dengan 54,9% dukungan. Angka keterpilihan yang diperoleh pasangan ini di 15 kota besar di Indonesia ini jauh mengungguli kedua pasangan kandidat lainnya yakni Megawati-Prabowo (9,7%) dan JK-Wiranto (6,8%). Namun demikian, perolehan ini dimungkinkan berubah karena masih terdapat sekitar 27% masyarakat yang tidak terbuka dengan pilihannya.
Grafik 1).

1.2. SBY, JK, dan Prabowo sebagai Figur Penentu Pilihan
Selalu ada figur kunci diantara ketiga pasangan kandidat Capres/Cawapres yang ada. Pada pasangan SBY-Boediono, misalnya, pilihan masyarakat yang mendukung pasangan ini lebih dikarenakan figur SBY (72,5%) ketimbang Boediono (2,2%). Demikian pula pada pasangan JK-Wiranto, mereka yang mendukung pasangan ini lebih dikarenakan figur JK (63,2%) ketimbang Wiranto (7,%). Sementara pada pasangan Megawati-Prabowo, dukungan terhadap kedua figur relatif berimbang, meskipun nampak bahwa figur Prabowo lebih menjadi penentu pilihan (35,4%) ketimbang Megawati (32,3%). (Grafik 2).

1.3. Pendukung Partai Demokrat Solid, Golkar dan PDI-P Terbelah
Jika dilihat dari partai-partai utama penyokong koalisi pasangan Capres/Cawapres, nampak bahwa pendukung Partai Demokrat di 15 kota solid (79,9%) akan memilih SBY-Boediono. Hal yang sama tidak terjadi pada pendukung Partai Golkar dan PDI-P yang mengalami polarisasi pilihan. Diantara pendukung Partai Golkar, misalnya, kurang dari separuh (44,9%) yang akan memilih JK-Wiranto, sementara pendukung PDI-P yang akan memilih Mega-Prabowo ada sebanyak 58%. Dalam situasi ketidaksolidan para pendukung partai ini, pasangan SBY-Boediono diuntungkan karena “menerima” limpahan suara yang cukup signifikan dari pendukung Golkar (25,2%) dan PDI-P (17,2%).

Polarisasi pilihan juga terjadi pada pendukung PKS dan PAN. Meskipun pilihan terbanyak ditujukan kepada SBY-Boediono, tetapi pasangan JK-Wiranto juga mendapatkan dukungan yang relatif signifikan dari kedua partai pendukung koalisi SBY-Boediono ini. (Tabel 1).

2. Citra dan Latarbelakang Atribut Pasangan Kandidat
2.1. Masyarakat menilai Pasangan SBY-Boediono: Programnya paling berpihak rakyat, paling bersih KKN, dan paling peduli rakyat kecil.

Survei LP3ES hendak menjaring pandangan masyarakat terhadap ketiga pasangan Capes/Cawapres dalam kaitannya dengan program yang pro-rakyat, kebersihan dari KKN, dan sikap peduli rakyat kecil. Hasil survei menunjukkan, masyarakat pengguna telepon di 15 kota menilai bahwa pasangan SBY-Boediono unggul atas ketiga citra tersebut; dimana pasangan ini mereka nilai sebagai pasangan yang programnya paling berpihak kepada rakyat, paling bersih dari KKN, dan paling mencerminkan sikap peduli terhadap rakyat kecil dibandingkan kedua pasangan Capres/Cawapres lainnya. (Grafik 3).

2.2. Sejumlah Isu mengenai Neolib, Kombinasi Jawa-Luar Jawa dan Istri-Istri Pasangan yang Berjilbab Tidak Mempengaruhi Pilihan

Masyarakat pengguna telepon di 15 kota juga tidak terpengaruh dengan sejumlah isyu yang beredar terkait dengan latar-belakang padangan kandidat, seperti isyu kombinasi Jawa-Luar Jawa, istri-istri yang berjilbab, dan paham ekonomi liberal (neolib); meskipun untuk isyu yang terakhir ini komposisi antara yang terpengaruh atau tidak terpengaruh hampir berimbang –selisih 10,3 persen poin.
(Grafik 4).

Jika dikaitkan dengan pilihan terhadap pasangan Capres/Cawapres, nampak bahwa mereka yang memilih pasangan JK-Wiranto dan Mega-Prabowo adalah mereka cenderung menimbang isyu paham ekonomi liberal (neolib) dalam menentukan pilihannya. Sementara untuk isu istri-istri yang berjilbab, pada umumnya tidak menjadi pertimbangan diantara pendukung Capres/Cawapres dalam menentukan pilihan, bahkan diantara pendukung pasangan JK-Wiranto sekalipun. Demikian pula dengan isyu mengenai latarbelakang Jawa-Luar Jawa, juga tidak menjadi pertimbangan diantara mereka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ketiga isu ini –terutama mengenai istri-istri yang berjilbab dan kombijasi Jawa-Luar Jawa, merupakan isu yang kontraproduktif. (Grafik 5).

3. Penilaian terhadap Kinerja SBY-JK dan Pilihan Politik Masyarakat
3.1. Kinerja SBY-JK dinilai relatif baik oleh Masyarakat
Kinerja SBY-JK sebagai Presiden dan Wakil Presiden dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini dinilai relatif baik oleh masyarakat pengguna telepon di 15 kota, meskipun selang kepuasan mereka terhadap SBY sebagai Presiden relatif lebih tinggi (72,2%) dibandingkan JK sebagai Wakil Presiden (46,5%). (Grafik 6).

Lalu, bagaimana sebaran pilihan politik mereka? Mereka yang puas baik terhadap kinerja SBY maupun JK sebagian besar (60,1%) memilih pasangan SBY-Boediono. Mereka yang tidak puas terhadap SBY tetapi puas terhadap JK cenderung akan memilih JK-Wiranto (39%) dan Mega-Prabowo (28,6%). Yang puas terhadap kinerja SBY tapi tidak puas kinerja JK akan memilih SBY-Boediono (79,6%). Yang mengejutkan, diantara mereka yang tidak puas baik kepada SBY maupun JK, pasangan SBY-Boediono juga mendapatkan dukungan yang signifikan (25,9%) meskipun dukungan tertinggi kelompok ini mengalir kepada Mega-Prabowo (28,6%). (Grafik 7). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka tidak puas terhadap kinerja SBY-JK tetapi ketika dihadapkan pada pilihan figur-figur pasangan yang terbatas, SBY-Boediono kembli mereka timbang sebagai Capres/Cawapres pilihan selain Mega-Prabowo.

3.2. Pilihan Politik berdasarkan Kondisi Ekonomi
Jika pada Pemilu Legislatif April 2009 lalu kondisi ekonomi memengaruhi pilihan, dimana mereka yang merasa kondisi ekonominya lebih baik cenderung memilih Partai Demokrat dan sebaliknya yang kondisi ekonominya memburuk cenderung memilih PDIP; pilihan politik masyarakat untuk Pemilu Presiden nampaknya berbeda. Hasil survei menunjukkan bahwa pasangan SBY-Boediono mendapatkan dukungan yang relatif merata baik dari mereka yang kondisi ekonominya membaik, sama saja, atau buruk. (Grafik 8).

Untuk informasi lebih lanjut harap menghubungi:
Fajar Nursahid, Kepala Divisi Penelitian LP3ES
0815-8049385 / (021) 567-4211, fajar@lp3es.or.id

sumber: www.lp3es.or.id

Untuk melihat hasil Telepolling lengkap, silahkan download di sini


Selasa, 09 Juni 2009

Penting untuk para Kader

Untuk Ikhwan dan Akhwat Fillah, Kader PKS tercinta, berikut disampaikan beberapa informasi penting yang mungkin dibutuhkan,

1. Daftar Alamat DPD-DPD Jawa Barat, mungkin diperlukan untuk mutasi para binaannya, atau mungkin ketika silaturrahim ke rumah saudara bisa sekalian silaturrahim dengan ikhwah di Kota/Kab, tersebut. Atau malah mungkin kepepet kehabisan ongkos? (tapi yang ini nggak dijamin). Silahkan download di sini

2. Rekap Perolehan Suara PKS di Kota Tasikmalaya Pemilu 2009, penting untuk para pengurus DPC dan para Kader, silahkan dibaningkan dengan perolehan suara di Pemilu 2004, dan dievaluasi, kenapa berkurang. Silahkan download di sini

3. Kumpulan Materi Tarbiyah, untuk para Murobbi setia, mudah-mudahan berguna untuk membantu misi Kita mencetak Kader-kader berkualitas. Silahkan ownload di sini

4. Kumpulan Taujihat Pekanan, mudah-mudahan berguna dalam menjaga konsistensi Kita bersama dalam berdakwah dan beraktivitas. Silahkan download di sini

Sementara itu yang bisa Kami berikan untuk kader-kader tercinta, kalau ada informasi yang diperlukan dan Kami memilikinya, silahkan kontak Kami melalui email DPD.

Pak Boediono yang Saya Kenal

satu lagi artikel tentang Cawapres Boediono.

Sisi Lain Pak Boed yang Saya Kenal Oleh Faisal Basri
14 Mei 2009

Saya pertama kali mengenal Pak Boed pada akhir 1970-an lewat buku-bukunya yang enak dibaca, ringkas, dan padat. Pada akhir 1970-an. Kalau tak salah, judul-judul bukunya selalu diawali dengan kata "sinopsis," ada Sinopsis Makroekonomi, Sinopsis Mikroekonomi, Sinopsis Ekonomi Moneter, dan Sinopsis Ekonomi Internasional. Kita mendapatkan saripati ilmu ekonomi dari buku-bukunya yang mudah dicerna.

Pada suatu kesempatan, Pak Boed mengutarakan pada saya niatnya untuk merevisi buku-bukunya itu. Mungkin ia berniat untuk menulis lebih serius sehingga bisa menghasilkan buku teks yang lebih utuh. Kala itu saya menangkap keinginan kuat Pak Boed untuk kembali ke kampus dan menyisihkan waktu lebih banyak menulis buku. Karena itu, ia tak lagi berminat untuk kembali masuk ke pemerintahan setelah masa tugasnya selesai sebagai Menteri Keuangan di bawah pemerintihan Ibu Megawati.

Pak Boed dan Pak Djatun (Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, Menko Perekonomian) bekerja keras memulihkan stabilitas ekonomi yang "gonjang-ganjing" di bawah pemerintahan Gus Dur. Hasilnya cukup mengesankan. Pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan terus menerus. Di tengah hingar bingar masa kampanye seperti dewasa ini, Ibu Mega ditinggalkan oleh wapresnya, dua menko, dan seorang menteri (Agum Gumelar). Ternyata perekonomian tak mengalami gangguan berarti. Kedua ekonom senior ini bekerja keras mengawal perekonomian. Hasilnya cukup menakjubkan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan keempat 2004 mencapai 6,65 persen, tertinggi sejak krisis hingga sekarang.

Selama dua tahun pertama pemerintahan SBY-JK, perekonomian Indonesia mengalami kemunduran. Tatkala muncul gelagat Pak SBY hendak merombak kabinet, sejumlah kawan mengajak Pak Boed bertemu. Niat para kolega ini adalah membujuk Pak Boed agar mau kembali masuk ke pemerintahan seandainya Pak SBY memintanya. Agar lebih afdhol, kolega-kolega saya ini juga mengajak Ibu Boed. Mungkin di benak mereka, Ibu bisa turut luluh dengan pengharapan mereka..

Akhirnya, Pak Boed menduduki jabatan Menko Perekonomian. Mungkin sahabat-sahabat saya itu masih terngiang-ngiang sinyal penolakan Pak Boed dengan selalu mengatakan bahwa ia sudah cukup tua dan sekarang giliran yang muda-muda untuk tampil. Memang, Pak Boed selalu memilih ekonom muda untuk mendampinginya: Mas Anggito, Bung Ikhsan, Bung Chatib Basri, Mas Bambang Susantono, dan banyak lagi. Semua mereka lebih atau jauh lebih muda dari saya.Interaksi langsung terjadi ketika Pak Boed menjadi salah seorang anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Saya ketika itu anggota Tim Asistensi Ekonomi Presiden (anggota lainnya adalah Pak Widjojo Nitisastro, Pak Alim Markus, dan Ibu Sri Mulyani Indrawati). Ibu Sri Mulyani memiliki jabatan rangkap (jadi bukan sekarang saja), selain sebagai anggota Tim Asistensi juga menjadi sekretaris DEN. Pak BOed tak pernah mau menonjolkan diri, walau ia sempat jadi menteri pada masa transisi.Sikap rendah hati itulah yang paling membekas pada saya. Lebih banyak mendengar ketimbang bicara.

Kalau ditanya yang "nyerempet-nyerempet," jawabannya cuma dengan tersenyum. Saya tak pernah dengar Pak Boed menjelek-jelekkan orang lain, bahkan sekedar mengkritik sekalipun.Tak berarti bahwa Pak Boed tidak tegas. Seorang sahabat yang membantunya di kantor Menko Perekonomian bercerita pada saya ketegasan Pak Boed ketika hendak memutuskan nasib proyek monorel di Jakarta yang sampai sekarang terkatung-katung. Suatu waktu menjelang lebaran, Pak Boed dan sejumlah staf serta, kalau tak salah, Menteri Keuangan dipanggil Wapres.

Sebelum meluncur bertemu Wapres, Pak Boed wanti-wanti kepada seluruh stafnya agar kukuh pada pendirian berdasarkan hasil kajian yang mereka telah buat. Pak Boed sempat bertanya kepada jajarannya, kira-kira begini: "Tak ada yang konflik kepentingan, kan? Ayo kita jalan, Bismillah . Keesokan harinya, saya membaca di media massa bahwa sekeluarnya dari ruang pertemuan dengan Wapres, semua mereka berwajah "cemberut" tanpa komentar satu kata pun kepada wartawan.Adalah Pak Boed pula yang memulai tradisi tak memberikan "amplop" kalau berurusan dengan DPR. Tentang ini, saya dengar sendiri perintahnya kepada Mas Anggito.Ada dua lagi, setidaknya, pengalaman langsung saya berjumpa dengan Pak Boed. Pertama, satu pesawat dari Jakarta ke Yogyakarta tatkala Pak Boed masih Menteri Keuangan.

Berbeda dengan pejabat pada umumnya, Pak Boed dijemput oleh Ibu. Dari kejauhan saya melihat Ibu menyetir sendiri mobil tua mereka.Kedua, saya dan isteri sekali waktu bertemu Pak Boed dan Ibu di Supermarket dekat kediaman kami. Dengan santai, Pak Boed mendorong keranjang belanja. Rasanya, hampir semua orang di sana tak sadar bahwa si pendorong keranjang itu adalah seorang Menko.

Banyak lagi cerita lain yang saya dapatkan dari berbagai kalangan. Kemarin di bandara Soekarno Hatta setidaknya dua orang (pramugara dan staf ruang tunggu) bercerita pada saya pengalaman mengesankan mereka ketika bertemu Pak Boed. Seperti kebanyakan yang lain, kesan paling mendalam keduanya adalah sikap rendah hati dan kesederhanaannya.Dua hari lalu saya dapat cerita lain dari pensiunan pejabat tinggi BI. Ia mengalami sendiri bagaimana Pak Boed memangkas berbagai fasilitas yang memang terkesan serba "wah." Dengan tak banyak cingcong, ia mencoret banyak item di senarai fasilitas. Kalau tak salah, Pak Boed juga menolak mobil dinas baru BI sesuai standar yang berlaku sebelumnya. Entah apa yang terjadi, jangan-jangan mobil para deputi dan deputi senior lebh mewah dari mobil dinas gubernur.Kalau mau tahu rumah pribadi Pak Boed di Jakarta, datang saja ke kawasan Mampang Prapatan, dekat Hotel Citra II. Kebetulan kantor kami, Pergerakan Indonesia, persis berbelakangan dengan rumah Pak Boed. Rumah itu tergolong sederhana. Bung Ikhsan pernah bercerita pada saya, ia menyaksikan sendiri kursi di rumah itu sudah banyak yang bolong dan lusuh.Bagaimana sosok seperti itu dituduh sebagai antek-antek IMF, simbol Neoliberalisme yang bakal merugikan bangsa, dan segala tuduhan miring lainnya. Lain kesempatan kita bahas tentang sikap dan falsafah ekonomi Pak Boed. Kali ini saya hanya sanggup bercerita sisi lain dari sosok Pak Boed yang kian terasa langka di negeri ini.Maju terus Pak Boed. Doa kami senantiasa menyertai kiprah Pak Boed ke depan, bagi kemajuan Bangsa.

Beberapa tanggapan di milist:

Saya setuju dgn tulisan Faisal Basri.Benar pak Boed adalah seorang yg sederhana, selalu senyum dan selalu mampu memberi penjelasan yg sederhana atas hal2 yg complex.Semasa kuliah, putri dari pak Boed adalah adik kelas saya. Seorang wanita cantik yg bersahaja dan bersahabat. Sedangkan saya mengenal pak Boed dari buku2 ekonominya yg mudah dimengerti.

Saya bertemu pak Boed di kampus karena dikenalkan oleh putrinya. Serta merta kami pun mendaulat pak Boed untuk berikan ceramah 1 jam. Tentunya kami hujani dgn banyak pertanyaan :D maklum msh students dan pak Boed layani pertanyaan2 dgn senyum dan penjelasan2 yg membuat kami paham. Akhirnya sesi kuliah dadakan itu molor jadi 3 jam.Tahun lalu saat saya hendak dinas ke Pekan Baru, terjadi delay pesawat lewat dari 2 jam. Akhirnya jam 9an pagi kami baru boarding. Alangkah kagetnya saya saat masuk ke pesawat, pak Boed duduk sendiri di kursi 1B sambil memberi senyum. Sama spt penumpang lain, beliau juga menunggu perbaikan pesawat (bedanya pak Boed duduk di ruang tunggu VIP). Tidak ada ajudan, pengawal, ataupun pejabat lain yg dampingi. Saat itu beliau masih menjabat Menko Ekuin. Setelah 10 tahun berlalu sama sekali saya tidak menyangka akan bertemu pak Boed lagi terutama setelah lost contact dgn putrinya after the May 1998.Demikian sharing dari saya.

Sekedar menambahkan dari pengalaman pribadi :
Anaknya P.Boed yg terakhir (cowok) adalah teman saya satu kantor. Sebelumnya saya tidak tahu kalo dia adalah anaknya P.Boed yg kala itu menjabat menjadi Menko di jaman Megawati. Bukan karena saya kuper, tapi anaknya memang sangat sederhana. Singkatnya, seperti kita2 yg tumbuh dari keluarga biasa2, bahkan terkesan "irit". Kalo sarapan ya hampir sama, Pop Mie dan dia juga masih suka jual CD ketengan di kantor, jadi beli 1 dos, lalu dijual ketengan, krn memang bidangnya IT (Programmer). Saya berpikir, kalau seandainya P.Boed seperti kebanyakan pejabat yg lain, tentu tidak rela anaknya kerja di tempat yg jauh (tidak di jakt) dan salarynya "normal". Cukup mendirikan PT INI-ITU, dan bertindak sebagai broker, tentu pendapatan anaknya ini, akan 10-100x dalam sekejap. Rumah tidak lagi kontrak.

Oya, kelupaan, waktu mash jadi kolega saya, rumahnya ngontrak, pas di sebelah rumah saya. Kalau P.Boed datang menjenguk, terutama stlh lahir cucunya, suka diem2 dan gak ada rame2. Bahkan agar pejabat daerah tidak setor muka, sering di jemput diem2 di bandara ama anaknya, pake mobil Forza buntut, beli bekas dari temen sekantor. Kalau ada pejabat daerah yg denger biasanya suka rame, dijemput ini-itu...biasa setor muka, terutama, pejabat daerah pajak, bank, dll.

Mengenai kesederhanaan, kebersajaan dan sikap rendah hati, TIDAK PERLU DIRAGUKAN. saya sebagai saksi disini. Mudah2an sikap itu tercermin juga diKEBIJAKSANAAN yg akan diambil P.Boed utk kesejahteraan masy. Indonesia. Salam,

Memang orangnya sederhana dan bersahaja gitu kok. Dulu jaman kuliah, biarpun beliau menteri, kemana-mana cuma ditemani satu ajudan/sopir. Walau jadi pejabat tinggi, orangnya tetap sederhana, tidak sombong, dan tidak meremehkan mahasiswanya. Jaman sekarang kan dosen belagunya minta ampun sama mahasiswa. Pernah di kelas kehabisan spidol, beliau sendiri turun tangga, ambil sendiri ke bagian tata usaha. Mana ada pejabat model begitu?

Pak Boediono dan Ekonomi Syariah

Tidak bisa dipungkiri, masih banyak di kalangan Kader yang masih ragu dengan sosok cawapres Boediono, apalagi beberapa opini di media masaa, seolah mengatakan bahwa beliau adalah ekonom berfaham neolib, tidak pro ekonomi rakyat, dlsb. Walaupun demikian, sebagai Kader sudah seharusnya keraguan-keraguan tsb. tidak harus menyurutkan semangatnya dalam memenangkan pasangan SBY-Boediono, karena Majlis Syuro -sebagai pengambil keputusan tertinggi- sudah memutuskan berkoalisi dengan PD.

Tulisan berikut-Rubrik Resonansi Koran Republika 20 Mei 2009-mudah-mudahan menambah wawasan para Kader tentang sosok Boediono.


Tepuk tangan bergema di Gedung Chandra, Bank Indonesia, Selasa, 23 Desember
2008. Malam itu, dalam pelantikan Masyarakat Ekonomi Syariah, Gubernur Bank
Indonesia, Boediono, memberikan pernyataan melegakan. ''Jangan ada keraguan,
BI akan mendukung perkembangan ekonomi syariah.''

Untuk memperkuat pernyataannya, Pak Boed kemudian menyebut dua nama Deputi
Gubernur BI yang duduk sebagai pengurus Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)
2008-2011. Pertama, Siti Halimah Fadjrijah, sebagai wakil ketua Dewan Penasihat dan Muliaman D Hadad sebagai ketua umum MES. Tepuk tangan para tokoh ekonomi syariah dan pengurus MUI yang hadir malam itu, kembali bergemuruh.

Pak Boed tidak sedang menyenangkan hati tokoh-tokoh Islam yang hadir ketika itu. Ia paham soal ekonomi syariah. Ketika memberikan sambutan pada Festival Ekonomi Syariah yang dibuka Presiden SBY, Februari lalu, Pak Boed bahkan menyerukan perbankan konvensional meneladani perbankan syariah dan mengajak mereka kembali ke *khittah* .

Alasannya, krisis keuangan yang melanda dunia saat ini, antara lain disebabkan munculnya produk-produk keuangan spekulatif yang berisiko tinggi. Produk-produk ini tidak memiliki pijakan, instrumen keuangan semakin terlepas dari *underlying transaction* . Akibatnya, menjadi gelembung, membesar, dan akhirnya pecah. Krisis keuangan pun terjadi menghantam semua negara.

Ini berbeda dengan perbankan syariah. Menurutnya, sejak awal sistem ekonomi syariah, terutama perbankan syariah, tidak memperkenankan produk bersifat spekulatif. Prinsip syariah memberikan landasan bagi pengelolaan ekonomi yang sehat, yang didasari nilai-nilai universal, yaitu wajar, adil, dan transparan dalam mencapai kesejahteraan bersama. Sistem ini pun sangat tahan krisis.

BI memang serius mendorong ekonomi syariah. Selama 2008, dua undang-undang disahkan, yakni UU tentang Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN) dan UU Perbankan Syariah. Landasan hukum ini, menurut Boediono, memberikan basis yang kuat dan ruang lebih jelas bagi penyusunan konsep pengaturan yang sesuai karakteristik perbankan syariah.

Kini, Pak Boed--menteri masa Pak Habibie, Megawati, dan SBY--dipilih bakal calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon wakil presiden. Banyak harapan padanya, terutama meningkatkan perekonomian nasional dan menjadikan Indonesia lebih sanggup dan bermartabat.

Seperti, ketika ia berkata pada Juli 2003 lalu: ''Siapa pun yang dipilih pada pemerintahan mendatang, kita berharap mendapatkan estafet dalam bentuk ekonomi yang *on going* , ekonomi yang berjalan baik. Jangan ekonomi bobrok yang diserahkan. Ini adalah kepentingan kita semua untuk menjadi referensi, meskipun kita bersilang pendapat.''

Kamis malam, 27 April 2006, di Tanah Suci Makkah, setelah thawaf, Presiden dan Ibu Ani SBY, sejumlah menteri, termasuk Pak Boed, dan semua rombongan secara bergantian, Alhamdulillah, memasuki Ka'bah. Entah apa doa Pak Boed ketika itu, tapi ia kelihatan khusuk. Di Madinah, setelah umrah, rombongan diperkenankan pula masuk ke dalam makam Rasulullah SAW. Alhamdulillah ....

Di Abu Dhabi, dalam rangkaian lawatan Presiden di lima negara Timur Tengah itu, kami bertemu Pak Boed di kompleks pertokoan Marina. Ia tidak terlihat seperti seorang menteri dengan pengawalan ajudan. Di sini, Pak Boed, yang dikenal sederhana, membeli tiga baju obralan seharga 80 dirham (sekitar Rp 198 ribu).

Ketika kami bertanya, Menko Perekonomian yang berprinsip 'jangan mengambil yang bukan hak' itu menjawab enteng, '' *Nggak* apa-apa *dong* menteri pakai baju obral. Dapat tiga baju seharga 80 dirham, murah kan ,'' katanya berlalu, sambil menenteng tas plastik. Pak Boed apa adanya dan kita berharap jika nanti terpilih, ia tidak berubah, termasuk komitmennya terhadap ekonomi syariah.

Asro Kamal Rokan


Minggu, 07 Juni 2009

7 Kaidah Memilih Pemimpin Nasional

Sebentar lagi Kita akan memilih Presiden dan Wakilnya, ada tiga pasangan yang mencalonkan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden, ketiganya tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Majelis Syuro sudah memutuskan bahwa PKS berkoalisi dengan PD untuk memenangkan pasangan SBY-Boediono. Bagi Kita Kader Inti, keputusan majlis Syuro cukup sebagai landasan pilihan Kita dalam pilpres nanti. Kita harus itminan dan tsiqoh dengan keputusan yang sudah diambil.

Namun begitu, supaya lebih semangat lagi Kita selaku Kader dalam menyukseskan SBY-Boediono, Dewas Syariah Pusat sudah mengeluarkan Kaidah-kaidah untuk memilih Pemimpin Nasional. Bayanat ini dapat dipakai untuk mengajak masyarakat seluas-luasnya untuk memenangkan SBY-Boediono.

Bayanat tesebut bisa didownload di sini, download


Jumat, 05 Juni 2009

ANGGOTA DPR RI DARI JAWA BARAT

Berikut ini Angota DPR RI PKS periode 2009-2014 yang berasal dari Daerah Pemilihan Jawa Barat,
JABAR 1 (Cimahi, Bandung):
1. Drs. H. Suharna Surapranata, MT. (36.515 suara)
2. Hj. Ledia Hanifa Amaliah, S.Psi, M.Psi.T (28.228 suara)

JABAR 2 (Bandung, Bandung Barat):
1. H. Ma’mur Hasanuddin, MA (40.472 suara)

JABAR 3 (Cianjur, Kota Bogor):
4. H. Ecky Awal Mucharam, SE. (24.750 suara)

JABAR 4 (Sukabumi):
1. Ir. H. Yudi Widiana Adia, M.Si (37.114 suara)

JABAR 5 (Kabupaten Bogor):
1. H. TB. Soenmandjaja, SD (29.071 suara)

JABAR 6 (Bekasi, Depok):
1. Mahfudz Abdurrahman (72.409 suara)

JABAR 7 (Karawang, Bekasi):
1. Drs. Arifinto (38.871 suara)

JABAR 8 (Indramayu, Cirebon):
1. Drs. Mahfudz Sidik, M.Si (36.583 suara)

JABAR 9 (Subang, Sumedang, Majalengka):
1. Nur Hasan Zaidi, S.Sos.I (33.223 suara)

JABAR 10 (Kuningan, Banjar, Ciamis):
1. DR. Surahman Hidayat, MA. (42.446 suara)

JABAR 11 (Garut, Tasikmalaya) :
1. Kemal Azis Stamboel (35.165 suara)

Selamat Berjihad di Parlemen, amanah Da'wah dan amanah Ummat di pundak Anda semua.

Sifat-Sifat Aktivis Da’wah (4)

Sifat yang mesti dimiliki dalam rangka meningkatkan kualitas da’wah dan jihad fi sabilillah.

1. MUJAHADAH DI JALAN ALLAH
Adapun sifat ketiga adalah mujahadah (bersungguh-sungguh) dalam barjuang di jalan Allah SWT, hal ini telah disebutkan dalam Al-Quran dan sunnah Rasul secara detail dan terperinci. Pertanyaannya adalah: Bagaimana dan tingkatan mana yang harus diaplikasikan lebih dahulu? untuk menjawabnya kita harus mencermati sesuatu yang tersirat dalam Al-Quran dan sunnah, baik dari segi hukum dan pendidikan, dan meneliti kembali dari segi mana yang dapat kita jadikan senjata untuk berperang dijalan Allah SWT? dari sini secara singkat saya akan jelaskan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh setiap aktivis dalam bermujahadah di jalan Allah SWT.

2. SABAR
Sabar merupakan konsekwensi dari sifat pertama.
Sifat ini bukan hanya merupakan salah salah konsekwensi logis yang harus diterapkan dalam bermujahadah di jalan Allah, namun juga merupakan bagian dari sifat dalam segala hal, perbedaannya adalah ; bahwa dalam mujahadah di jalan Allah (jihad) membutuhkan kesabaran yang begitu kuat sehingga tidak mudah lentur dan lemah keimanannya, sedang jihad dalam arti bekerja dan berusaha juga membutuhkan kesabaran namun dalam ukuran yang berbeda.
Sabar dalam jihad dijalan Allah memiliki berbagai macam cara: diantaranya adalah kehati-hatian dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu kegiatan, atau step by step (selangkah demi langkah). Selain itu adalah al-istiqamah dan gigih dalam beramal sehingga tidak mudah futur saat menjumpai kesulitan, ujian dan rintangan. Atau juga tidak mudah berputus asa, jauh dari sifat al-wahn (cinta dunia dan takut mati) walaupun tanda-tanda keberhasilan yang diharapkan belum tampak jelas tapi terus bekerja walau dalam keadaan bagaimanapun. Adapaun ciri lainnya ; tidak mudah goyah saat berhadapan dengan bahaya, kesulitan, rintangan yang akan mengancam jiwanya. Tidak mudah kehilangan keseimbangan walau dalam keadaan yang sangat kritis dan genting, baik yang menyangkut dengan gejolak hati. Tidak gegabah. Tidak hanya mengandalkan perasaan sebelum mengerahkan nalar dan penelitian (cek dan ricek) terlebih dahulu. Dan selalu melakuakn kegiatannya dengan penuh ketenangan, kecermatan akal, ketegaran dan kegigihan.
Perlu diketahui bahwa kalian tidak hanya diperintahkan untuk bersabar saja namun juga deperintahkan untuk mengokohkan dan meneguhkan kesabaran tersebut didalam lubuk hati kalian. Menghadapi kekuatan musuh yang mamiliki persenjataan lengkap harus dengan senjata yang lebih unggul dari mereka, sehingga dapat dengan mudah menghancurkan dan menundukkan mereka, Allah SWT berfirman: “dan kuatkanlah kesabaran kalian“ setelah sebelumnya diperintahkan: “wahai orang-orang yang beriman bersabarlah kalian”.

Sesungguhnya saat berperang dengan mereka guna meninggikan bendera kebenaran harus diimbangi dengan kesabaran, karena kalian mungkin tidak dapat menemui diri kalian yang layak dengan asumsi bahwa mempersenjatai diri dengan sepuluh macam kesabaran sudah cukup. Bacalah sejarah peristiwa perang dunia kedua, bagaimana kesabaran yang ditampakkan oleh bangsa Jerman, Jepang dan Amerika dalam menegakkan kebatilan, mereka menghancurkan pusat laboratorium, pabrik-pabrik, rumah-rumah dan terminal-terminal dengan tangan mereka sendiri, padahal dengan susah payah mereka membangunnya dan memakan waktu yang begitu lama. Jika memang harus terjadi peperangan, kenapa harus tega membantai manusia dengan tank-tank yang dikendarai prajurit yang kekar diatas roda-roda yang terbuat dari besi yang kuat? Kenapa mereka begitu sabar dan istiqamah melakukan penyerangan dengan pesawat tempur, padahal mereka juga terancam kematian? selama kesabaran tidak mencapai 105 % dibanding kesabaran mereka, kita tidak akan mungkin bisa melawan dan mengalahkan mereka.
Selama dari segi kekuatan dan jumlah kita tidak diperhitungkan oleh mereka, maka kalian tidak boleh merasa rendah diri namun tanamkanlah kekuatan diri dan jiwa dengan kesabaran, tsabat (keteguhan hati), dan istiqamah.

3. ITSAR
Memiliki sifat itsar (mendahulukan kebutuhan/kepentingan orang lain) dan jiwa berkorban; baik terhadap waktu, tenaga, fikiran dan masa depan, dan berkorban terhadap cita-cita dan harapan.
Selama kita masih terus dianggap terbelakang dibandingkan dengan kekuatan mereka dan untuk melengkapi kekurangan -dari segi senjata dan personil- untuk mengalahkan mereka agak sulit dan membutuhkan waktu lama, maka kita harus memiliki keunggulan lain; jiwa berkorban dan itsar (mementingkan hajat orang lain). Namun yang membuat hati saya sedih dan meneteskan air mata; ada diantara kita yang sudi menjual diri mereka kepada musuh-musuh Allah hanya karena ingin mendapatkan harta yang sedikit.
Hal tersebut merupakan fenomena yang dapat menghilangkan gairah umat untuk berjuang sehingga tidak ada lagi harapan yang ingin di capai. Ada diantara mereka yang berat mengorbankan diri untuk berkhidmah kepada agama Allah walau dengan imbalan yang minim. Jika diantara kita tidak ada yang mau berkorban dan tidak berusaha memompa diri dalam berjihad dijalan Allah, maka bagaimana mungkin sebuah gerakan Islam akan maju dan berkembang ditengah arus globalisasi yang kian gencar ini. Padahal tidak ada suatu gerakanpun didunia ini yang bisa maju dan berkembang jika hanya bergantung kepada personilnya, hanya mengandalkan kekuatan tangan dan kaki saja. Karena keduanya tidak akan mungkin memberikan manfaat jika tidak diiringi dengan hati yang bersih dan akal yang cerdas. Dengan kata lain kami membutuhkan pemimpin dan jendral yang berilyan agar dapat dimanfaatkan dalam da’wah … namun ironisnya; mereka yang memiliki potensi ideologi dan kecerdasan akal, memiliki kecerdasan dalam meningkatkan kesejahteraan hidup di dunia, gigih dalam bekerja siang dan malam dan memiliki prestise yang tinggi, namun tidak memiliki perhatian terhadap da’wah, apalagi mereka tidak mau mengorbankan karirnya maka akan sulit mewujudkan impian dan harapan guna membangun Islam dan bangkit dari keterpurukan.
Jika kalian tetap mengharapkan kepada mereka yang kering akan jiwa berkorbannya guna memenangkan peperangan kepada mereka yang suka berbuat kerusakan dimuka bumi ini, yang gencar menginfakkan harta mereka demi menegakkan kebatilan, maka tidak ada yang dapat kalian raih dan capai kecuali hanyalah kehinaan belaka.

4. SEMANGAT DALAM MENGGAPAI CITA-CITA
Jika ada yang memahami misi gerakan ini hanya sekedar pemberian jaminan kehidupan yang tentram sementara tidak ada dalam dirinya tanggung jawab untuk menyebarkannya, maka pada hakikatnya pemahaman tersebut tidak akan memberikan kontribusi positif dalam gerakan da’wah ini, ibaratnya tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan rasa lapar.

Sesungguhnya kewajiban kita semua adalah memiliki hati yang bergelora dan menyala yang bisa disumbangkan demi kemaslahatan da’wah. Paling tidak harus ada dalam diri kita jiwa semangat memajukan da’wah ini. Jika anak anda sakit, maka jangan dibiarkan begitu saja, tapi bawalah ia ke dokter. Saat anda tidak menemui solusi akan kebejatan moral anak anda dan membuat kekhawatiran yang mendalam sehingga mendorong anda untuk berusaha dan bekerja keras untuk memperbaikinya, maka lakukanlah sesegera mungkin.
Kita harus memiliki perasaan yang jujur dalam setiap keadaan guna mencapai misi ini, bersikap tenang, ikhlas dan bersih dari keinginan duniawi, dan selalu berkeinginan untuk meningkatkan kesungguhan, sehingga urusan pribadi dan keluarga dinomor duakan, bahkan tidak menolehnya kecuali dengan sikap pasif. Kita tidak melakukan usaha untuk urusan pribadi saja kecuali hanya sedikit waktu atau tenaga yang dialokasikan, sehingga pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya tertuju pada kesenangan hidup duniawi saja. Perasaan ini jika tidak bersumber dari lubuk hati yang murni, dan diiringi dengan ruh dan jiwa bergelora, maka akan sulit memberikan kewibawaan terhadap perkataan yang kita ucapkan. Apakah kalian tidak melihat, mayoritas manusia yang mendukung dan memberikan motivasi melalui opini yang mereka sampaikan, namun sedikit diantara mereka yang mau berpartisipasi dalam gerakan ini dan berkorban dengan harta dan jiwa mereka.

Kalau saja pada tiap diri kita memiliki pemikiran yang demikian, dan berusaha mengevaluasi apakah kita termasuk anggota jamaah ini dalam bentuk ideologi saja atau secara keseluruhan, atau ada dalam jiwa ini keinginan yang bergelora untuk merealisasikan misi da’wah dan berusaha semampunya membentuk perasaan ini dalam jiwa walaupun tidak memiliki hubungan yang erat dengan da’wah? padahal sejatinya, jika hati manusia memiliki ikatan yang erat dengan misi da’wah, maka ia mesti membutuhkan motivasi dan mobilisasi dari pihak lain, karena merupakan hal yang mustahil, adanya kekuatan di pusat namun dicabangnya ada kelemahan dan kelalaian dalam tugas menyebarkan da’wah sehingga penyakit incapabiliti dan paralizati terjangkit, hanya bisa memberikan solusi dengan memindahkan sebagian anggotanya dari suatu tempat ketempat lainnya atau menonaktifkannya dari da’wah.

Jika ada diantara kalian anaknya sakit, janganlah kalian serahkan hidup dan mati anak itu kepada orang lain, jangan anda tinggalkan begitu saja dengan alasan tidak ada yang mampu menyembuhkannya, tidak ada yang memberikannya obat atau tidak ada dokter. Jika kalian tidak menemukan orang yang mampu menngobatinya maka hendaknya kalian melakukannya sendiri, karena anda lebih berhak daripada orang lain. Tidak mustahil ada orang yang memiliki perhatian terhadap anak orang lain dan berusaha ingin mencampuri urusannya, namun sangat tidak mungkin ada orang yang tega menutup matanya terhadap urusan anaknya sendiri dan tidak mau berusaha mengobati anaknya jika jatuh sakit.
Demikian juga hubungan kalian dengan da’wah ini yang bersumber dari lubuk hati kalian, bagaimana mungkin kalian rela acuh terhadap da’wah ini, sibuk dengan urusan lain, sebagaimana tidak mungkin jika kalian hanya bersantai dan duduk-duduk dirumah, sibuk dengan pekerjaan pribadi, dengan alasan tidak ada yang membantu dalam meningkatkan ruhiyah atau menegurnya jika melakukan kesalahan. Jika hal ini tidak menunjukkan sesuatu pada diri kalian kecuali karena lemahnya hubungan diri kalian dengan Allah dan kurangnya semangat berkorban untuk meninggikan kalimat Allah dimuka bumi.

Jika saja hubungan kalian dengan Allah sangat kuat, maka tentu kalian akan melupakan diri kalian sendiri, tidak akan takut terhadap kematian dan kehidupan yang penuh hambatan. Maka perkenankan kepada saya mengatakan sesuatu ; jika kalian melangkahkan kaki dalam da’wah ini dengan hati yang dingin, maka pasti kalian akan menemui kegagalan yang dahsyat, kegagalan yang tidak akan memancarkan keberanian para generasi selanjutnya untuk bergelut dalam gerakan da’wah hingga masa yang panjang. Hendaknya kalian memperlihatkan ketegaran hati dan akhlak terpuji sebelum memikirkan langkah berikutnya yang begitu besar, menyiapkan diri dengan keberanian dan kegigihan serta siap menghadapi bahaya yang siap menghadang dalam berjihad dijalan Allah SWT.

5. BERKESINAMBUNGAN DAN TERATUR
Hendaknya kalian membiasakan diri dalam melakukan kegiatan yang berkesinambungan dan teratur. Sungguh umat Islam sebelum kalian telah mengaplikasikan hal itu, dengan melakukan perbuatan yang mudah dan tidak melangkah kecuali jelas maksud dan tujuannya. Walaupun pekerjaan yang mereka lakukan sebelumnya termasuk sia-sia seperti debu yang berterbangan. Hendaknya kalian merubah kebiasaan kalian dan melatih diri kalian dengan pekerjaan yang tetap, memiliki prospek dan hasil dalam jangka panjang dengan teratur dan rapi. Karena setiap perbuatan walaupun nilainya rendah dalam pandangan kalian namun memiliki nilai yang strategis, hendaknya kalian melakukannya dengan itqan (propesional dan proporsional) tanpa menunggu hasil dengan tergesa-gesa, tanpa mengharapkan pujian dan ucapan terimakasih dari orang lain atas kerja keras kalian.

Karena medan jihad tidak hanya satu periode dan setiap prajurit dalam berperang tidak semuanya maju kebarisan depan, namun dalam bahasa jihad perang hanya sekali dan karenanya membutuhkan persiapan yang matang dan waktu yang panjang, jika ada beberapa ribu pasukan sedang berperang menghadapi musuh dibarisan terdepan, maka harus ada barisan dibalakang sepuluh ribu pasukan lain yang berdiri dan sibuk menyiapkan kebutuhan perang, walaupun pada kenyataanya nilai tidak sebanding dengan orang yang terjun langsung dalam perang.

Semoga kita semua menjadi aktivis dakwah yang mau memiliki sifat-sifat tersebut diatas sehingga mampu mengemban amanah dakwah secara maksimal dan mampu melakukan perbaikan di tengah masyarakat yang sedang dilanda sakit.
Allahu Akbar Walillahilhamdu…

Senin, 01 Juni 2009

Sifat-sifat Aktivis Dakwah (3)

Sifat yang kedua adalah Sifat-sifat Kolektif
Setelah membahas sifat-sifat personal, kita membutuhkan bagian lain yaitu sifat-sifat kolektif sebagai penopang pembangunan kehidupan bersama dan melakukan konsolidasi sistem gerakan serta menambah kekokohan jamaah agar terjalin sesama anggota saling cinta, gotong royong dan tolong menolong, saling memberi nasehat dan wasiat pada kebaikan dan kesabaran serta bersama-sama melaju dalam jalan da’wah.


Sifat-sifat ini juga dibutuhkan oleh jamaah lainnya dimuka bumi ini karena jika tidak, akan terjadi diantara mereka saling mengedepankan kepentingan pribadi sehingga tidak memiliki hubungan yang erat dan pada akhirnya mereka tidak mampu melawan kebatilan dan memberantasnya. Saya tidak memungkiri kebenaran yang ada dalam tubuh umat sifat yang mulia dan akhlak yang terpuji, namun yang sangat disayangkan adanya keinginan menonjolkan sifat individualnya karena jika yang demikian masih melekat dalam tubuh suatu jamaah maka akan sulit menolak tantangan yang lebih besar, kecuali hanya berkisar kepada perbaikan pribadi.

Misi yang harus dilakukan setelah memperbaiki diri, perjalanan hidup setiap anggota adalah bertawakkal (menyerahkan segala urusannya) kepada Allah sehingga menghasilkan keharuman citra dan sejarah yang mulia dan diirngi dengan kesempurnaan amal jama’i (kolektif). Bahwa akrobat, sekalipun ia berani, kuat dan mampu mengangkat beban yang berat dan dapat melawan beberapa orang dalam satu pertandingan, namun ia tidak akan mampu menandingi sekelompok tentara yang tertata rapi. Demikianlah banyak diantara kita yang terpecah-pecah dalam mensosialisasikan kebajikan namun tidak memiliki ikatan hati dan ukhuwah, ibaratnya mereka seperti pemain akrobat yang tidak mau bekerja sama dengan kelompoknya secara teratur namun ia mau menghadapi musuh yang bersatu dalam barisan yang rapi. Kebaikan individu umat islam, kepribadian yang baik dan terpuji, baik ketinggian akhlak dan perjalanan hidup yang suci adalah merupakan keniscayaan, namun kami akan merasa tenang dan tentram jika hal tersebut diiringi dengan kebaikan kolektif.

Al-Quran telah menjelaskan permasalahan ini dalam beberapa ayat-ayatnya, sebagaiman telah dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw secara gamblang pada sekian banyak sabdanya. Jika kita mau menelaah Al-Quran dan sirah Rasulullah saw dan sejarah para sahabat -semoga Allah melimpahkan ridla-Nya kepada mereka- akan kita dapati suri tauladan yang baik yang tidak terhitung jumlahnya tentang akhlak kolektif yang menakjubkan, karena itu kalian hendaknya menelaah kembali kitab-kitab yang berkenaan dengannya secara teliti dan cermat hingga melahirkan pertanyaan: apa dan dari segi mana kekurangan akhlak tersebut, kemudian apa kiat-kiat untuk mengetahui akhlak tersebut.

Fenomena yang dapat dilihat dari kehidupan kita adalah bahwa setiap individu tidak bisa hidup dalam kesendirian tapi mesti berinteraksi dengan orang lain, jika ada dalam setiap individu memiliki sifat berbaik sangka, sikap terpuji, akhlak mulia, itsar, dan berkorban, maka perbedaan karakter tidak akan menjadi penghalang dalam membangun kebersamaan diantara mereka, karana suatu jamaah tidak akan dapat terbentuk kecuali berdiri diatas prinsip ; membuang buruk sangka terhadap orang lain, sebagaimana ia mampu membuang buruk sangka yang ada dalam jiwanya sendiri. Jika tidak dapat menemui sifat itsar dan berkorban dalam jiwa kalian, maka janganlah berfikir mampu akan melakukan revolusi (perubahan) dalam kehidupan sosial.

Sifat-sifat Aktivis Dakwah (2)

Sifat yang pertama menyangkut Sifat-sifat Fardiyyah
Adapun sifat-sifat fardiyyah yang mesti dimiliki oleh seorang aktivis da’wah adalah sebagai berikut:

1. Setiap individu hendaknya mengetahui jati dirinya dan bersungguh-sungguh meningkatkan diri hingga mencapai tingkat ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya, tunduk kepada segala sesuatu yang datang kepadanya, baik berupa perintah dan larangan. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya: “Yang disebut mujahid adalah orang yang bersungguh dalam taat kepada Allah”, maksudnya adalah sebelum kalian keluar ingin berhadapan dengan musuh dan memerangi mereka, hendaknya kalian menyiapkan diri semampu kalian dengan bersungguh-sungguh dan kontinyu memerangi musuh yang menguasai jiwa kalian yang selalu mengajak kalian berbuat ma’siat kepada Allah dan Rasul-Nya dan membangkang dari hukum yang telah di syari’atkan. Selama musuh ini masih melekat dalam diri kalian, sehingga menjatuhkan martabat kalian dan jauh dari ridla Allah SWT, maka kalian tidak akan mungkin mampu mengalahkan dan menguasai musuh Allah. Contoh yang lebih dekat adalah saat kalian memerangi manusia dari meminum khamar, namun dalam rumah kalian terdapat minuman tersebut, tentunya kenyataan seperti itu merupakan kontradiksi yang sangat gamblang antara perkataan dan perbuatan, dan akan menjadi penghancur wibawa kalian, penghalang aktivitas kalian, dan pembatas ruang lingkup kalian ditengah masyarakat umum.

Maka pertama kali yang harus kalian lakukan adalah menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah SWT dan melepasnya dari segala kebebasan yang bertentangan dengan syari’at Allah, baru setelah itu berda’wah kepada orang lain.

2. Setelah tingkatan jihad adalah tingkatan hijrah. Hijrah yang dimaksud disini bukanlah dalam arti dzahir; meninggalkan tempat tinggal dari kebisingan dan kesemrawutan, namun yang diinginkan adalah hijrah dari berbuat ma’siat kepada Allah menuju ketaatan dan ridla Allah SWT. Seorang muhajir hakiki adalah jika ia keluar dari tempat tinggalnya, karena dilingkungannya ia tidak menemui tempat yang layak untuk mempraktekkan secara leluasa hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya. Namun jika seseorang keluar dari tempat tinggalnya bukan dalam rangka meningkatkan ketaatan kepada Allah tapi untuk berbuat ma’siat kepada-Nya; sungguh ia telah melakukan kesalahan yang sangat besar dan tidak akan memberikan manfaat sama sekali akan hijrahnya dari ujian dan musibah. sabagaimana yang telah dijelaskan oleh Raslullah saw dalam sabdanya saat ditanya tentang ma’na hijrah yang paling utama: “Adakah hijrah yang paling utama wahai Rasulullah? Rasul bersabda: hijrah dari sesuatu yang tidak disukai oleh Tuhanmu”. Dari sini jelas bahwa seseorang yang selalu melakukan ma’siat kepada Allah, maka hijrahnya dari tempat tinggalnya ketempat lain tidak ada nilainya sama sekali disisi Allah SWT, maka dari itu, saya mengingatkan kepada para aktivis untuk segera memerangi kekuatan besar yang berada dalam tubuh kalian sebelum kalian melakukan da’wah di alam luar, meencermati kondisi hati dan selalu memobilisasinya dengan ketaatan kepada Allah, baik dalam kadaan susah atau senang, sebelum berhadapan dangan kaum kuffar yang memerangi Islam. Hendaknya kalian -dengan kalimat sederhana- seperti seekor kuda yang diikat kuat dengan tali yang ditambatkan dibumi, walaupun begitu kuatnya mampu malepaskan diri dari ikatan tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah saw:
Perumpamaan seorang mumin dan iman seperti seekor kuda yang memiliki berbagai perbedaan dari kuda liar yang selalu berkeliling mengitari lapangan, dan masuk kesetiap kebun, dengan gagah berani masuk kesuatu tempat yang terdapat tumbuhan/rumput yang hijau”.

Hendaknya sifat aktivis dakwah seperti seekor kuda liar dan melatihnya menjadi kuda peliharaan yang tertambat dengan tali.

3. Berusaha mendisiplinkan dan menertibkan aturan hidup, yaitu dengan lebih dahulu memerangi kebejatan lingkungan terdekat. Maksudnya disini adalah rumah tangga, hendaknya kalian memperbaiki rumah tangga kalian, kerabat, sahabat dekat dan lingkungan, bukan berarti dengan mencela, mencaci dan membantah mereka, namun dengan melakukan -secara individu dan interaksi sosial- sosialisasi akan keabsahan misi, prinsip dan ajaran Islam. Karena masyarakat yang terbiasa dengan melewati kehidupannya tanpa tujuan dan maksud yang jelas seperti halnya seekor binatang tidak mau mengikuti alur kehidupan kalian kecuali mereka telah melihat langsung gambarannya yaitu dengan memperlihatkan diri kalian kepada istri-istri, anak-anak, bapak-bapak, ibu-ibu, kerabat-kerabat dan sahabat kalian prilaku yang baik, walaupun pada awalnya kalian orang asing ditengah-tengah keluarga dan tempat tinggal kalian. Kursi jabatan yang selalu diimpikan kebanyakan orang dalam mimpi indahnya adalah tampuk kekuasaan dan jabatan yang enak, seakan seperti lampu yang penuh bara api yang panas bagi kalian. Ala kuli hal, kalian wajib melakuan perubahan kepada setiap orang yang kalian anggap paling dekat, dan katakanlah kapada saya: Demi Allah, adakah orang yang telah melakukan perbaikan dalam rumah tangganya, tidak mesti melakukan hal yang sama kepada orang lain? sungguh saya sangat gembira sekali dan tentram mendengar kabar adanya pergulatan dan perdebatan antara anggota jamaah dan kerabat mereka dalam rangka mempertahankan aqidah Islamiyah. Namun pada sisi lain saya merasa cemas sekali jika mendengar ada suatu tempat yang belum terjamah sama sekali oleh anggota jamaah sampai sekarang.

Yang perlu diperhatikan disini adalah seseorang jangan melakukan pertentangan atau jihad kecuali membekali diri dengan logika, seperti halnya dokter saat memeriksa pasiennya, karena pada hakikatnya seorang dokter tidak mengobati sipasien namun mengobati apa yang dalam dirinya, dengan segala daya dia memberikan nasehat dan motivasi, sehingga saat si dokter memberikan obat yang pahit sekalipun atau melakukan operasi pada bagian anggota badannya, maka pasien akan menerimanya dengan senang hati. Begitulah hendaknya para aktivis da’wah dalam mengarahkan saudaranya yang sedang terbuai kelalaian dan kesesatan menuju jalan yang lurus dan hidayah, mereka tidak merasa bahwa kalian menggurui mereka sehingga tidak timbul sikap permusuhan dari mereka. Sesungguhnya da’wah ini tidak akan tegak -sebagaimana yang telah saya utarakan dengan singkat dalam seminar sebelumnya- dengan perdebatan, baik lisan maupun tulisan, walaupun yang demikian merupakan hal mendasar dalam da’wah, namun jalan terbaik dan mulia adalah dengan menampakkan diri menjadi tauladan. Jika mereka memandang dan mengenal kalian dari kemuliaan perjalanan hidup, kesucian akhlak, dan memiliki semangat juang dijalan Allah, merekapun akan mudah menuruti perkataan dan ucapan kalian, tentunya hal tersebut merupakan cerminan dari sifat Rasulullah saw sebagaimana beliau pernah bersabda tentang karakteristik orang beriman: “Jika dipandang mereka selalu berdzikir kepada Allah“.

Saya tidak menyeru kalian untuk merubah diri kalian dengan serta merta, karena yang demikian tidak akan mudah kecuali dengan bertahap. Saat kalian ingin memerangi lingkungan dekat, berjuang dan berkorban demi mencapai tujuan, maka cara pengorbanan yang dilakukan secara tidak langsung akan membentuk pribadi baik, dan pada saatnya nanti akan menjadi suri tauladan yang baik dalam da’wah.

Hendaknya kalian mengiringinya dengan mempelajari al-Quran dan sunnah dalam da’wah dengan penuh keseriusan dan kejelian hingga dapat memahami cara yang tepat mencari jalan hidup yang diinginkan Islam dan tipe macam apa yang dicintai Allah SWT atau yang diidamkan oleh Rasulullah saw. Sifat, karakteristik dan akhlak apakah yang dituntut Islam kepada para aktivis gerakan Islam hingga mampu mengangkat bendera da’wah dan jihad setelahnya? tentunya diantara banyak proses dalam menyiapkan kelompok yang memiliki kecerdasan dan kesiapan menghadapi perang membutuhkan 15 tahun yang berkesinambungan dalam marhalah tatsqif dan tadrib (pelatihan). Maka hendaknya kalian mempelajari secara rinci periode persiapan ini dan memahami fase-fasenya, sehingga dapat mengetahui sifat yang bagaimana yang diutamakan oleh Rasullullah saw dalam membentuk para pengikutnya sebelum mempersiapkan yang lainnya, mana yang lebih dahulu diutamakan dan mana yang diakhirkan? dan batas amal apakah yang perlu dikembangbangkan? kapan pujian kepada mereka diberikan? Tauladan inilah yang mesti dijadikan sandaran dalam rangka membersihkan diri. Kalaulah bukan karena waktu yang terbatas, saya akan menjelaskan secara detail apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw: “Barangsipa yang cintanya karena Allah, murka karena Allah, memberi karena Allah, dan mencela karena Allah maka telah sempurnalah keimanannya“.
Bahwa manusia tidak akan sempurna keimanannya kecuali ia melandasi segala kecintaan, kemurkaan/kebencian, celaan dan pemberiannya karena Allah SWT semata, tidak ada sedikitpun motivasi dan dorongan serta ambisi pribadi apalagi duniawi yang melekat dalam dirinya. Dalam hadits lain Rsulullah saw bersabda: “Allah memerintahkan kepada saya 9 perkara: takut kepada Allah saat sunyi dan ramai, menegakkan keadilan saat marah dan suka, merasa puas saat miskin dan kaya, menyambung silaturrahim saat terputus, memberi kepada orang yang mengharamkannya kepadaku, memaafkan orang yang mendzalimiku, menjadikan diam sebagai bahan perenungan, lidah sebagai dzikir, dan pandangan sebagai ibrah (pelajaran)”. Setelah itu beliau melanjutkan: “Dan memerintahkan kapada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar”. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan “wasatan” adalah jika memfokuskan diri kepada melakukan amar am’ruf nahi mungkar, wajib bagi setiap individu memiliki sifat demikian, karenanya tidak akan mungkin terlaksana da’wah ini kecuali dengan merealisasikan tuntutan yang urgen ini.

Sifat-sifat Aktivis Dakwah (1)

Wahai saudaraku aktivis da’wah, keberadaan antum dalam menyebarkan da’wah Islam bukanlah perbuatan bid’ah, namun seperti pohon rindang nan lebat daun dan buahnya, memiliki akar yang kokoh dan cabang yang tinggi;

Yang akarnya kokoh sedang cabangnya menjulang tinggi kelangit
(QS. Ibrahim: 24)

Aktivis dakwah adalah orang yang menyebarkan kebaikan dan cahaya kepada orang yang berada disekelilingnya melalui gerak dan perbuatan, melalui cahaya yang mengharap ridlo Allah dan petunjuknya, dan dengan itu kebaikan dan pahala akan menghampiri diantara mereka, dan bagi mereka yang mengikutinya, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah saw:

Barangsiapa yang menyeru kepada hidayah maka baginya ganjaran seperti ganjaran orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun ganjaran mereka”. (HR. Muslim)

Wahai para aktivis da’wah, hendaknya kita selalu mengenang sabda Rasulullah saw seperti yang diriwayatkan oleh ka’ab bin Malik –semoga Allah meridloinya- yang mana beliau menceritakan bagaimana terjadinya baiat Aqabah kedua –baiat yang mampu menghalau syaitan, dan menggetarkan orang-orang Quraisy- dia berkata:

… setelah sekelompok orang dari Aus dan Khajraz berkumpul bersama Rasulullah saw, dan mengecek setiap orang dari mereka keteguhan agama dan dirinya, Rasulullah saw bersabda kepada mereka: “Keluarlah kalian bersama saya 12 orang wakil ini untuk menjadi penyeru diartara kaumnya”. (HR. Ishaq dan Ahmad)

Jadi, tangga da’wah dan jalan pergerakan serta arah tarbiyah rabbaniyah terlaksana melalui pengambilan baiat para penda’wah yang memiliki kemampuan dalam diri mereka melakukan pembinaan dan meluruskannya atas apa yang dicintai Allah dan diridloi-Nya.
Tanggungjawab ini merupakan bagian dari perjanjian yang memiliki syarat-syarat dan ganjaran seperti yang telah Allah jelaskan tentang kisah Bani Israil dalam surat Al-Maidah, dimana Allah SWT berfirman:

Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari ) Bani Israil dan telah kami angkat diantara mereka 12 oran gpemimpin dan Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan sholat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu Bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan kumasukkan ke dalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir diantaramu sesudah itu, sesungguhnya ia talah tersesat dari jalan yang lurus.” (Al-Maidah: 12)

Dari ayat tersebut Allah menjelaskan perjanjiannya bersama Bani Israil, perjanjian dalam dua sisi; syarat dan ganjaran, adapun perjanjan bersama para pemimpin pilihan yang merupakan keturunan dari nabi Ya’kub yang berjumlah 12 orang, sedangkan perjanjian dengan para pemimpin dan orang-orang yang berada dibelakang mereka sebagai perjanjian atas setiap individu, dan perjanjian ini seperti yang dikenal dalam ilmu usul; ibrahnya bukan karena pengkhususan suatu sebab namun karena keuniversalitas lafadz, yaitu perjanjian atas seluruh manusia yang memiliki hubungan yang erat dengan Allah.

Adapun syarat-syaratnya adalah: Mendirikan sholat dan mencakup seluruh substansinya, menunaikan zakat harta dan hati, zakat ilmu dan pengetahuan, kemudian beriman kepada para rasul dan mengakui mereka dan sesuatu yang dibawa oleh mereka dengan perintah untuk beribadah kepada Allah, menjauhi Thoghut, dan tidak cukup hanya beriman dalam ucapan saja namun harus diaplikasikan dalam menolong mereka, manhaj mereka, jejak mereka dan da’wah mereka yang mereka bawa yaitu dengan bentuk pinjaman dan pengorbanan harta dan jiwa, dan bahkan tidak hanya memberikan pinjaman namun juga mencakup pada melakukan ihsan dalam berinfak dan bersedekah, karena yang demikian merupakan pokok utama dalam setiap permasalahan sampai pada proses penyembelihan dan penumpahan darah dalam berkorban.

Kemudian setelah itu ganjaran sebagai manifestasi dari syarat
Kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik
Karena konsekwensi pinjaman adalah kembali kepada pemiliknya, maka bagaimana pinjaman ini akan kembali dan kapan terjadinya? tentunya pinjaman tersebut akan kembali di dalam dunia dan di Akhirat, karena ia merupakan sebab terhapusnya dosa dan masuknya surga-surga, hal ini merupakan ganjaran yang paling sempurna dengan perjanjian, adapun bagi yang mengkhianatinya maka hasilnya sangatlah jelas yaitu kerugian di dunia dan di Akhirat,d an yang demikian merupakan kerugian yang sangat jelas.

Kemudian setelah pemaparan yang singkat ini wahai para aktivis da’wah, bersegeralah untuk selalu berbaik sangka kepada dirimu sendiri, karena sebaik-baik peninggalan adalah sebaik-baik warisan, yaitu melalui tarbiyah dengan pemahaman yang mendalam, iman yang kokoh, dan amal yang berkesinambungan.
Setidaknya ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh para aktivis da’wah, yang mana telah kami klasifikasikan pada tiga bagian:

1. Sifat yang mesti dimiliki oleh setiap individu (sifat fardiyyah).
2. Sifat yang mesti dimiliki dalam berinteraksi dengan masyarakat dan komitmen terhadapnya (sifat kolektif).
3. Sifat yang mesti dimiliki dalam rangka meningkatkan kualitas da’wah dan jihad fi sabilillah.

(penjelasan terperinci sifat-sifat harus dimiliki aktivis dakwah, insya Allah akan dijelaskan pada tulisan selanjutnya)

Minggu, 31 Mei 2009

BAYANAT TTG PILPRES

BAYANAT
NOMOR : 01/B/K/DPP-PKS/VI/1430
TENTANG
PILPRES 2009

1. Sidang Majelis Syuro PKS ke XI pada tanggal 25-26 April 2009 memutuskan :

a. Untuk berkoalisi dengan SBY dan Partai Demokrat dalam Pilpres 2009, APABILA kontrak politik dapat disepakati bersama
b. PKS Memperjuangkan Cawapres dari Internal dalam amplop tertutup, namun cawapres bukanlah merupakan syarat koalisi.
c. Jika syarat minimal koalisi (termasuk kerjasama berbasis platform dalam kabinet dan parlemen) tidak dipenuhi secara proporsional maka DPTP berhak mengambil kebijakan sesuai dengan kemaslahatan dakwah,umat, bangsa, dan Negara.

2. Kesalahpahaman sebelumnya terjadi karena tersumbatnya komunikasi dengan SBY paska pemberitahuan bahwa SBY memilih Boediono sebagai Cawapres. Sementara kita mengusulkan adanya keterwakilan umat.

3. Hasil pertemuan PKS dengan SBY pada tanggal 15 Mei 2009 di Bandung telah diklarifikasinya isu-isu seputar Boediono dan disepakatinya kontrak politik dengan SBY dan Partai Demokrat. Kontrak Politik berlandaskan platform terlampir.

4. Terkait pribadi Prof. Boediono, beliau adalah seorang muslim dan tidak berpandangan Neolib, bahkan Undang-Undang Perbankan Syari’ah dan Undang-undang Sukuk (Obligasi Syari’ah) digulirkan semasa ybs menjabat Menko Ekuin.

5. Atas dasar keputusan Majelis Syuro PKS ke XI, dan tercapainya kesepakatan dengan SBY dan PD, maka diwajibkan kepada seluruh kader memperjuangkan kemenangan pasangan SBY-Boediono untuk kemaslahatan dakwah,ummat, bangsa, dan Negara.


Jakarta, 1 Jumadil Akhir 1430 H
25 Mei 2009 M

PRESIDEN

IR. TIFATUL SEMBIRING

Selasa, 19 Mei 2009

Rakor BPK

selama 2 hari, sabtu-ahad, 16-17 mei 2009, bertempat di DPW BPK DPW dengan BPK DPD se Jawa Barat melakukan Rapat Koordinasi Bidang Pembinaan Kader.
sudah merupaka siklus 5 tahunan bagi kita (PKS), setelah pemilu (ekspansi) kita kembali pada tarbiyah (edukasi), bukan berarti saat pemilu kemarin kita tidak melakukan aktivitas tarbiyah, tapi dipungkiri atau tidak kesibukan dalam aktivitas politik kemarin telah melupakan tarbiyah.

jujur saja, banyak di antara kita yang meninggalkan atau membatalkan liqo karena rapat kordapil atau ada temu tokoh atau ada pertemuan dengan konstituen. kalaupun liqo berjalan, itupun tidak lebih dari 2 jam, jangan tanya baromij liqo-nya, berjalan atau tidak.

apakah perolehan suara pada pemilu sekarang juga karena faktor ini, tidak mustahil! mungkin ini peringatan dari Allah, supaya kita tidak lebih jauh meninggalkan tarbiyah.

baik, kembali ke info acara. acara dibuka dengan taujih oleh ketua DPW Jabar Ust. Taufiq ridho, beliau memaparkan kronologis alotnya koalisi dengan sby kemarin, banyak hal yang mentebabkan kita hampir keluar dari koalisi. selain itu, beliau juga menyampaikan salam dan ucapan terima kasih dari ust. Hilmi Aminuddin kepada seluruh kader yang telah mengerahkan seluruh potensinya dalam perolehan suara pada pemilu kemarin.

acara berikutnya, taujih dari BPK DPP disampaikan oleh ust. Ahmad Zaenuddin, yang mengingatkan kepada kita pentingnya ri'ayah tarbawiyah pasca pemilu. setelah itu acara inti, pembahasan problem-problem tarbiyah di tiap dpd, mulai dari pertumbuhan kader yang stagnan, optimalisasi wajihah ammah yang belum ideal, wasail tarbawiyah yang belum dilaksanakan sepenuhnya, dll.

hari ahad-nya, rekomendasi-rekomendasi dari problem-problem yang dibahas di atas. acara diselingi pembacaan matsurat kubro bersama dan futsal.

mudah-mudahan acara ini sebagai bukti komitmen kita dalam menegakkan dakwah ini.

AGAR DOMBA TAK DITERKAM SERIGALA


Sesungguhnya setan itu serigala bagi manusia, seperti serigala bagi kambing,
ia akan menerkam kambing yang keluar dan menyendiri dari kawanannya. Karena itu,
jauhilah perpecahan, dan hendaklah kamu bersama jama'ah dan umat umumnya

(HR. Ahmad & Tirmidzi)

Hadits di atas merupakan perumpamaan yang pas tentang pentingnya hidup berjama'ah. Bila tak ingin diterkam setan, seorang muslim harus menjauhi kebiasaan menyendiri. Sendiri dalam bekerja, sendiri dalam beramal dan sendiri dalam mengarungi samudra kehidupan. Sebaliknya, ia harus berusaha mencari kawan seiman, seaqidah, seperjuangan, yang akan saling menjaga dan mengingatkan.

Jama'ah yang dimaksud di atas, seperti diterangkan Imam Syathibi, adalah umat Islam (Jama'atul Muslimin) yang menyepakati seoranh khalifah melalui perangkat syuro. Pendapat ini juga didukung oleh Imam Ibnul Hajar al-Asqolani. Sehingga, Jama'atul Muslimin memiliki tiga komponen: khalifah, syuro dan umat Islam.

Khalifah merupakan pemimpin tertinggi, syuro sebagai mekanisme pengangkatan khalifah tersebut (wakil-wakil yang ikut syuro sering disebut dengan ahlul halli wal'aqdi), dan umat Islam sebagai basis demografinya. Itulah Jama'atul Muslimin, sistem dan tatanan yang menata kehidupan umat dan kemakmuran bumi di bawah supremasi Islam yang penuh rahmat.

Melihat pengertian Jama'atul Muslimin seperti itu, maka mayoritas ulama sepakat bahwa jama'ah seperti itu kini tak ada lagi. Bahkan sejak 3 Maret 1924. Hari itu, Majelis Besar Nasional Turki di bawah pimpinan Musthafa Kemal Pasha Ataturk, mengumumkan secara resmi dilenyapkannya rantai emas sejarah umat Islam: kekhalifahan.

Tidak adanya jama'ah yang dimaksud di atas, menjadikan setiap muslim wajib berusaha mewujudkannya. Usaha itu bukannya belum dimulai. Sejak runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah itu, muncul, misalnya, gagasan pan-islamisme ari Sayyid Jamaluddin al-Afghani, atau etos tauhid-nya Dr. Muhammad Iqbal. Selain itu, ada juga nama-nama seperti Muhamma Rasyid Ridho dan Muhammad Abduh, yang turut menyemarakkan upaya merintis kembali kejayaan yang hilang itu. Sedangkan secara kolektif, konferensi-konferensi Islam internasional juga banyak bermunculan. Salah satunya Organisasi Konferensi Islam (OKI).

Usaha secara kolektif itu kian hari kian beragam. Makin lama makin banyak wajah-wajah kolektif umat Islam dalam memperjuangkan kembalinya Jama'atul Muslimin, menyebar ke penjuru dunia termasuk di Indonesia.

Tetapi semua kolektifitas yang ada itu belum bisa diklaim sebagai Jama'atul Muslimin, karena belum sesuai dengan ciri dan kriteria yang diterangkan di muka. Berangkat dari kenyataan itu, wacana tentang jama'ah yang riil saat ini sebenarnya berurat dan berakar dari konsep amal jama'i, sebuah konsepsi tentang pentingnya bekerja sama untuk menegakkan Islam, mengembalikan khilafah islamiyah dan mewujudkan kembali adanya Jama'atul Muslimin. Dengan kata lain, bila amal jama'i adalah perilakunya, maka wadah dan organisasi yang digunakan untuk beramal jama'i –baik ada namanya atau tidak- itu secara bahasa bisa disebut jama'ah.

Dan, berlandaskan pada optimisme dan rasa ingin dekat (isti'nas) kepada Jama'atul Muslimin itu, usaha-usaha kolektif itu juga sering dinamai jama'ah atau Jama'atul Minal Muslimin (komunitas dari kaum muslimin). Sementara itu Dr. Shalah Asshawi, menamakan komunitas-komunitas tadi dengan tajammu'at al-islamiyah (perkumpulan-perkumpulan Islam), tak masalah, ini hanya soal nama.

Kenapa Mesti Berjama'ah?

Setiap muslim semestinya hidup berjama'ah. Karena Islam yang harus ditegakkannya bersifat menyeluruh (syamil), sempurna (kamil), saling menyempurnakan (mutakamil). Sementara umat Islam -sebagai manusia- memiliki kapasitas dan kemampuan yang sektoral dan sangat terbatas. Maka, untuk mengupayakan agar Islam yang sempurna tetap bisa teraplikasikan secara sempurna, tak dipungkiri lagi bahwa manusia perlu saling menambal keterbatasannya itu. Alasan ini bisa disebut sangat personal. Artinya, umat Islam itu merupakan “person-person” penuh kekurangan yang membutuhkan jama'ah.

Selain alasan personal, Islam sendiri sebagai ideologi dan peraturan hidup sangat membutuhkan wadah aktualisasi. Dr. Salim Segaf Al-Jufri, pernah menyatakan, “Tidak pernah ada peradaban yang berkembang tanpa dukungan struktural yang kokoh. Setiap peradaban hampir selalu melalui tiga fase besar untuk berkembang. Pertama, fase perumusan ideologi dan pemikiran. Kedua, fase strukturalisasi dan ketiga, fase perluasan (ekspansi). Ideologi-ideologi besar semuanya mengalami tiga fase tersebut. Lihatlah komunisme, kapitalisme barat dan juga zionisme.”

lalu, jama'atul minal muslimin atau tajammu'at al-islamiyah yang bagaimana yang sebaiknya kita pilih. Pertama, mempunyai visi dan misi yang jelas, utuh dan tidak parsial. Jama'ah yang tujuan akhirnya hanya mencari ridho Allah. Sementara tujuan jangka panjangnya mengembalikan supremasi Islam dalam segala bidang. Dari khilafah hingga ibadah, dari undang-undang hingga tatanan sosial. Karena Islam adalah aqidah dan ibadah, pedang dan negara, akal dan jasad, organisasi dan masyarakat, jihad dan perdamian, dunia dan akhirat.

Kedua, jama'ah yang manhaj dan aplikasinya mengacu kepada sirah Rasul dan para sahabatnya. Sehingga bisa diukur, apakah sebuah jama'ah mampu konsisten dengan manhaj dan cara yang halal dan sah, ataukah membenarkan pelanggaran-pelanggaran demi tercapainya tujuan.

Ketiga, jama'ah yang mampu menyiasati segala perubahan jaman. Dapat memanfaatkan apa yang muncul dari teknologi ataupun peradaban baru, untuk kemaslahatan Islam, tanpa harus merusak keaslian Islam itu sendiri. Point ke-3 ini tak jarang sering menjebak jama'ah-jama'ah yang ada kepada sikap ekstrimisme (ghuluw). Ada yang menolak mentah-mentah, ada juga yang sangat longgar menelan apa adanya.

Lantas, bila di sebuah negeri muslim ada satupun jama'ah yang dimaksud, apa yang harus dilakukan setiap muslim? Tugas mereka adalah bekerja keras mengupayakan berdirinya jama'atun minal muslimin itu. Namun bagaimana kalau ada lebih dari satu? Seperti dijelaskan oleh Syaikh Jabir Husain, harus dilihat mana di antara jama'ah atau tajammu'at tersebut yang lebih sedikit kekurangannya. Kekurangan yang dimaksud harus bukan soal prinsip agama (ushuluddin), seperti soal aqidah. Bila sebuah jama'ah memiliki aqidah dan pokok-pokok agama yang menyimpang, tidak dibenarkan bagi seorang muslim mengikutinya. Namun, bila kekurangan itu dalam urusan cabang-cabang agama, apalagi dalam hal-hal yang sifatnya ijtihad manusia, tak bisa dijadikan alasan bagi seorang muslim untuk tidak bergabung bersamanya. Justru ia harus masuk dan berusaha memperbaiki kekurangan yang ada. Kesimpulannya, di negeri yang telah ada berbagai jama'ah yang ada, seorang muslim harus bergabung dengan jama'ah yang paling dekat kepada Islam.

Akhirnya, bila setiap muslim mau mengamalkan kembali ajaran-ajaran di atas, tak berlebihan bila harapan umat ini kepada kembalinya kejayaan Islam kian terang. Bukankah perintah hidup berjama'ah sama nilainya dengan perintah-perintah penting lainnya dalam Islam? Bukankah justru dengan hidup berjama'ah, problema-problema besar umat ini lebih mungkin dicari solusinya?

Kalaupun tak dapat mengejar tujuan-tujuan besar seperti itu, dengan hidup berjama'ah, setidaknya kita harus mati diterkam 'serigala' dalam kesendirian.
Wallahu a'lam bishowab

sumber: tarbawi edisi 5 th.I

Jumat, 15 Mei 2009

Penetapan Caleg Terpilih

Hari Jum'at tanggal 15 Mei 2009, mulai pukul 08.00 s.d. 11.15 bertempat di Gedung Juang Tasikmalaya, KPU Kota Tasikmalaya menyelenggarakan Rapat Pleno Penentuan Perolehan Kursi dan Penetapan Caleg Terpilih.

Alhamdulillah, acara berjalan lancar, walau pengamanan cukup ketat, tidak seperti ketika Pleno Rekapitulasi Perolehan Suara yang diwarnai demonstrasi dari berbagai elemen masyarakat.

Tidak ada keberatan sedikitpun dari parpol mengenai perolehan kursi dan penetapan caleg terpilih. Sebagaimana sudah diinformasikan di artikel sebelumnya, PKS Kota Tasikmalaya mendapatkan 4 kursi, masing-masing DP mendapat 1 kursi.

Hadir dari PKS dalam rapat pleno tersebut Ketua DPD ust. Heri Ahmadi, Pak Dede Kurnia (mewakili sekretaris) dan Urip Widodo sebagai saksi.